Raih SNI hingga Ekspor ke Eropa, Bisnis Daur Ulang PT Amandina Kian Eksis
PT Amandina Bumi Nusantara yang berfokus pada industri daur ulang mengumumkan capaiannya selama 10 bulan beroperasi. Diresmikan pada Februari 2023 oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, pabrik Amandina meraih Standar Nasional Indonesia untuk resin PET daur ulang serta berhasil melakukan ekspor ke pasar Eropa.
“Keberhasilan ini membawa harapan positif bagi industri daur ulang di Indonesia. Amandina menunjukkan diri sebagai pabrik daur ulang rPET pertama yang berhasil memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk sistem manajemen kualitas, ISO 9001. Kami juga membuktikan bahwa kualitas produk daur ulang yang diproduksi oleh Amandina mampu diterima oleh pasar Eropa.” ungkap Suharji Gasali, Managing Director PT Amandina Bumi Nusantara dalam laporan tertulisnya.
Perusahaan pun memaparkan data bahwa, tingkat daur ulang (recycle rate) sampah plastik di Indonesia baru menyentuh angka 7%, dengan plastik jenis PET mencapai 75% tingkat daur ulang. Sementara Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK) melalui Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 telah mencetuskan Peta Jalan pengurangan sampah oleh produsen dengan menargetkan pengurangan sampah hingga sebesar 30% pada tahun 2030.
BACA JUGA: Demi Value Proposition, Amandina Raih SNI untuk Resin PET Daur Ulang
“Data dari World Bank tahun 2021 menunjukkan, Indonesia memproduksi sampah plastik sekitar 7,8 juta ton setiap tahun. Dari angka ini, ada 4,9 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola dan menjadi limbah lingkungan,” ungkap Kata Suci Lestari Yuana, Dosen dan Peneliti di bidang Ekonomi Sirkular Universitas Gadjah Mada dalam laporan yang sama.
Dari kondisi ini, ada tiga tantangan pengelolaan plastik pascakonsumsi, antara lain rate plastik daur ulang baru mencapai 7%, pengolahan plastik daur ulang yang masih terpusat di Jawa dan minimnya pendekatan daur ulang yang mendorong perubahan perilaku konsumen.
Penguatan industri daur ulang pun perlu dilakukan untuk menjawab ketiga tantangan ini. Salah satunya dengan mendorong konektivitas dan integrasi antara stakeholder sampah plastik dari hulu ke hilir, dari bank sampah ke pabrik daur ulang. Selain itu, upaya integrasi ekosistem industri daur ulang domestik bisa memberi kesempatan bagi para pekerja informal di industri sampah. Amandina juga menyatakan komitmen untuk mendukung industri hijau dengan menggunakan solar panel dalam proses produksi di pabriknya.
“Amandina memiliki fokus utama untuk memainkan peran lebih besar dalam pelaksanaan ekonomi sirkular di Indonesia dengan meningkatkan inovasi, membuka lebih banyak kolaborasi dengan mitra, melakukan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dari rumah,” ujar Suharji Gasali.
BACA JUGA: Pilah Sampah Jadi Campaign Coca-Cola Europacific Partners Indonesia
Perusahaan pun menargetkan peningkatan produksi jumlah botol PET daur ulang. Dengan tagline “Dari Botol Jadi Botol”, Amandina Bumi Nusantara tidak hanya memproses botol plastik PET (Polyethylene Terephthalate) pascakonsumsi menjadi resin Recycled PET yang dapat digunakan langsung untuk kemasan makanan dan minuman (food-contact approved), tetapi juga memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan mengurangi dampak dari limbah plastik, serta jejak karbon lebih rendah dari jenis kemasan lainnya.
Ekonomi hijau
Di dalam menjalankan bisnisnya, PT Amandina Bumi Nusantara juga mendukung target pemerintah dalam ekonomi hijau. Upaya ini dilakukan melalui tiga pilar utama, yaitu peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan ketahanan bencana dan perubahan iklim, serta pembangunan rendah karbon melalui pemakaian solar panel sebesar 1 Mwp yang dapat mengurangi karbon emisi sebesar 1,017 metric tons pada tahun pertama.
“Keberhasilan Amandina tidak lepas dari dukungan penuh mitra bahan baku terpercaya, Yayasan Mahija Parahita Nusantara, yang bersama-sama menjalankan konsep pengumpulan bertanggung jawab melalui 30 mitra pengumpul botol bekas di seluruh Indonesia. Kami mampu memproses 31.500 ton botol PET bekas atau setara dengan 1,5 miliar botol setiap tahunnya,” tutup Suharji Gasali.