Belakangan ini, warganet ramai membagikan foto mengenakan toga di Instagram Story. Mereka mengunggah gambar tersebut dengan template dari fitur Add Yours bertuliskan Your Photo with Toga, yang hingga kini sudah digunakan sebanyak 300 ribu kali.
Tak jarang, toga memang menjadi kebanggaan seseorang karena menandakan keberhasilan menempuh pendidikan di universitas hingga menyandang sebuah gelar akademik. Tapi tahukah Anda kalau pakaian ini ternyata dulunya hanya digunakan oleh orang kaya?
Merangkum berbagai sumber, berikut sekilas kisah di balik toga dan maknanya:
BACA JUGA: 3 Tips Merawat Kain Shimmer Silk yang Jadi Tren Baju Lebaran 2024
Pakaian Penanda Status Sosial
Toga merupakan pakaian formal orang Romawi yang dipakai di atas tunik dan disusun dalam lipatan di sekeliling tubuh serta di bahu. Pakaian ini dulunya erat dengan status dan pembedaan sosial, bukan perihal intelektualitas.
Hanya laki-laki kaya pada zaman Romawi yang mengenakan toga sebagai tanda status dan kewarganegaraan. Mungkin tidak dipakai sepanjang waktu, melainkan dikenakan untuk pekerjaan administrasi atau acara-acara khusus seperti pernikahan dan pemakaman.
Lebih tepatnya, pakaian tersebut memiliki variasi yang spesifik tentang pemakainya. Toga dengan pinggiran merah tua digunakan oleh anak-anak orang kaya Romawi, yang dimaksudkan sebagai simbol perlindungan sampai mereka mencapai masa pubertas.
Ada pula yang berawarna abu-abu tua atau hitam, di mana dikhususkan untuk pemakaman. Sedangkan, yang bersulam ungu dan emas dikenakan oleh jenderal yang berjaya.
Seiring waktu berjalan, pemakaian toga untuk busana sehari-hari perlahan mulai ditinggalkan. Bentuknya pun dimodifikasi menjadi sejenis jubah, yang sekaligus mendongkrak derajat kostum ini menjadi pakaian resmi seremonial, khusunya wisuda.
BACA JUGA: Sejarah Scarf Keffiyeh yang Jadi Simbol Perlawanan Palestina
Makna Filosofis Toga
Usai digunakan untuk perayaan akademik, toga punya arti filosofis yang kental. Salah satunya terkait warna, yakni hitam yang menandakan kegelapan berhasil ‘dikalahkan’ sarjana sepanjang mereka menempuh pendidikan di bangku kuliah.
Warna kelam juga diasumsikan sebagai tujuan sarjana yang diharapkan mampu menyibak kegelapan dengan ilmu pengetahuan didapatnya. Di sisi lain, warna hitam juga secara sesifik melambangkan keagungan.
Adapun terkait pemindahan tali tassel dari kiri ke kanan saat seremoni wisuda, diasumsikan sebagai simbol bahwa mahasiswa yang lulus sudah siap menyongsong ‘arah’ atau kehidupan yang baru.
Ada pula yang mengartikan bahwa seorang mahasiswa saat masih belajar di universitas selalu menggunakan otak kiri. Pemindahan tassel ke sisi kanan mengandung harapan saat terjun ke masyarakat, siswa tersebut akan menggunakan otak kanan.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz