Jagat maya belakangan ini dihebohkan dengan konten TikTok yang membahas tentang child grooming. Pembahasan mengenai topik itu bermula saat akun @user3782910293 menduetkan sebuah unggahan dari pasangan konten kreator.
Pasangan tersebut mulanya membuat konten “Hi Kids” yang sedang tren di TikTok, namun usia keduanya menarik perhatian seorang warganet. Si lelaki disinyalir berusia 20 tahun, sedangkan perempuannya baru berumur 15 tahun.
Akun @user3782910293 lantas menilai perbedaan usia itu sebagai salah satu indikasi child grooming. “Hi kids, hi kids, cewek lu tuh masih kids. Stop child grooming deh. Lu tuh umur 20 tahun, cewek lu 15 tahun,” ujarnya dalam video.
Namun, warganet di kolom komentar justru terlihat menormalisasi hal tersebut. Mereka hanya menyoroti perbedaan umur lima tahun, yang dianggapnya bukan masalah besar. Seperti yang ditulis salah satu akun, “Knapaa si mba, beda 5 tahun wajar kali.”
BACA JUGA: Anies Baswedan Disebut Jadi Bapak Kaum Fatherless, Apa Itu?
Lantas, sebenarnya apa itu child grooming? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari Halodoc.
Apa Itu Child Grooming?
Istilah child grooming mengacu pada kondisi ketika orang dewasa mencoba untuk membangun hubungan saling percaya dengan seorang anak lantas memanipulasi pikirannya. Ini biasanya bertujuan untuk melakukan eksploitasi dan pelecehan seksual.
Selain memanipulasi untuk tujuan seksual, pelaku juga umumnya secara sengaja memainkan emosi anak atau melakukan kekerasan psikis. Hal ini pada akhirnya dapat membuat si anak terpuruk secara mental.
Child grooming dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan bisa dilakukan oleh siapa saja, mulai dari guru, bahkan orang tidak dikenal. Pelaku biasanya juga membangun koneksi dengan anak dan keluarganya dalam rentang waktu yang lama.
BACA JUGA: Rahasia Chuando Tan Tetap Kekar dan Awet Muda di Usia 60 Tahun
Pelaku child grooming umumnya memilih korban yang merupakan anak atau remaja dengan kepercayaan diri rendah atau tidak harmonis dengan keluarganya. Mereka akan memosisikan diri sebagai orang yang paling mengerti perasaan anak.
Dengan begitu, si anak akan merasakan empati dan kedekatan. Setelah hal itu terjadi, pelaku memberikan banyak perhatian, sehingga anak merasa diistimewakan lalu perlahan-lahan mulai menaruh rasa percaya.
Kalau sudah demikian, pelaku mudah melakukan pelecehan seksual atau eksploitasi. Apalagi korban tidak punya kekuatan untuk melawan orang dewasa, pelaku child grooming akan mudah mengendalikan korban.
Editor: Ranto Rajagukguk