Oleh Marketeers Student Heroes Group 1
Dalam beberapa tahun terakhir, makin jamak ditemui kolaborasi merek atau co-branding yang dilakukan sejumlah brand. Ini menjadi cara para brand untuk membangun awareness, memperluas pasar, hingga mendorong pertumbuhan bisnis.
Kolaborasi ini umumnya dilakukan dua merek atau lebih yang berbeda secara lanskap bisnis. Bahkan, tren kolaborasi ini tidak hanya berlaku untuk merek, tapi juga bisa dengan sosok yang memiliki pengaruh, mulai dari artis, atlet, hingga influencer.
Contoh sukses kolaborasi merek dengan sosok berpengaruh yang berdampak secara global dan bisnis, yaitu Nike bersama legenda pemain basket profesional Michael Jordan. Melahirkan produk sepatu Air Jordan, Nike tidak hanya sukses secara bisnis, tapi juga melahirkan pop culture secara bersamaan.
Meski diperuntukkan untuk olahraga basket, faktanya, banyak orang membeli sepatu Air Jordan untuk memaksimalkan fesyen hingga sebagai collectible item. Kesuksesan Nike memproduksi Air Jordan I dilanjutkan dengan seri lainnya. Pada tahun 2024, Nike merilis Air Jordan XXXIX.
Dari kesuksesan Nike, banyak brand lokal yang juga mencoba strategi serupa. Menggandeng influencer yang memiliki jutaan followers, merek memanfaatkan pengaruh mereka untuk memperluas pangsa pasar.
Tentunya, strategi untuk menggandeng sosok berpengaruh ini harus diperhitungkan dengan visi-misi dan produk dari brand. dr. Tirta, selain dikenal sebagai seorang dokter yang kerap membagikan edukasi tentang kesehatan, sosok sneaker influencer ini kerap berkesempatan wira-wiri di sejumlah produk kolaborasi brand.
Baru-baru ini bersama produsen sepatu Kanky, dr. Tirta memiliki tiga article kolaborasi sekaligus. Produksi sepatu itu diperuntukkan untuk kegiatan olahraga, yaitu walking shoes dan running shoes.
Selain memproduksi sepatu olahraga yang berkualitas dan kompetitif secara harga, kolaborasi bersama dr. Tirta menjadi cara Kanky untuk memperbesar pangsa pasar, khususnya untuk sepatu olahraga. Dengan menggandeng dr. Tirta yang merupakan sneaker influencer, background-nya sebagai seorang dokter dinilai tepat untuk memproduksi walking shoes atau running shoes.
Dari contoh kasus itu, para brand tetap memperhatikan values yang ingin diusung saat melahirkan produk kolaborasi. Contoh lainnya adalah Taro, snack legendaris yang lekat dengan gambar bocah petualang bersama hewan peliharaan monyet, menggandeng brand Ageless Galaxy (AGLXY). AGLXY merupakan brand local streetwear yang dikenal dengan desain berani dan narasi yang kuat.
FKS Group, perusahaan yang menaungi brand Taro memilih AGLXY untuk kampanye #ReigniteYourInnerChild karena sesuai dengan tujuan perusahaan yang ingin mendorong semangat petualang anak-anak yang tidak boleh pudar meski akan beranjak dewasa.
Kolaborasi ini memperkenalkan sembilan produk merchandise eksklusif, mulai dari t-shirt untuk dewasa dan anak-anak, jersey sepak bola, rompi utilitas, celana kargo topi bucket, botol minum, stiker, dan pin enamel. Setiap desain menggabungkan elemen nostalgia dengan sentuhan modern, menciptakan gaya hidup aktif yang penuh rasa ingin tahu.
Bagaimanpaun co-branding dapat menjadi strategi yang sangat efektif jika dilakukan dengan perencanaan dan eksekusi yang baik, karena dapat membawa manfaat yang signifikan bagi semua yang terlibat.
Catatan: Artikel opini ini merupakan hasil analisis dan riset Marketeers Student Heroes Group 1 yang beranggotakan, Maulida Haerunisa (Universitas Indonesia), Yoga Eka Putra (Universitas Indonesia), Felix Harianto (Universitas Indonesia), Sabil Alvin Fathiyah (Universitas Negeri Jakarta), Iken Krisma Ayu (Universitas Negeri Jakarta), Diva Andini (Politeknik Negeri Jakarta), Anhadi Haposan Manurung (IPB University), Anindya Nurfebria (IPB University), Fazrul Saeigar Tanjung (Universitas Mercu Buana).
Editor: Ranto Rajagukguk