Bagaimana perkembangan pengembangan mal di Indonesia sepanjang tahun lalu? Colliers International Indonesia, sebagai konsultan properti, melihat secara umum performa mal, khususnya di Jakarta relatif stagnan dengan permintaan yang terbatas. Menurut Colliers, areal tempat makan masih mendominasi permintaan space yang ada.
Tarif sewa pun diprediksi tumbuh sedikit karena ada penyesuaian pada mal kelas menengah atas. Ke depannya, Colliers memperkirakan tingkat okupansi akan terus meningkat secara bertahap karena pasokan yang terbatas selama beberapa tahun ke depan.
“Pengembangan mal ke daerah-daerah di luar Jakarta cukup pesat. Banyak mal-mal yang buka di daerah yang bermain di segmen middle-middle & middle low. Namun, hal ini membuat brand kelas atas seperti Sogo dan merek-merek dari MAP (Mitra Adiperkasa) kesulitan ekspansi. Seperti Sogo yang baru ekspansi ke Balikpapan dan Samarinda,” jelas Alphonzus Widjaja, CEO Hospitality & Retail PT Sinarmas Land Tbk.
Hasil riset Colliers menunjukkan hingga kuartal tiga tahun 2016, setelah Pantai Indah Kapuk Avenue Mall dan Neo SOHO Mall dibangun, telah ada 4,5 juta meter persegi mal yang dibangun di Jakarta. Colliers memprediksi bahwa secara kumulatif pertumbuhan mal ini akan tumbuh sekitar 2% pada tahun 2017 dengan okupansi di atas 80%.
Trennya akan mengarah pada pembangunan mal dengan luas 5.000 hingga 8000 m2. Menutup tahun 2016, wilayah Jabodetabek diprediksi memiliki 100.000 m2 mal. Jumlah ini lebih tinggi dari suplai tahun 2015 yang tidak sampai 50.000 m2.
Tahun 2017, Colliers memprediksi suplai mal di Jakarta akan menurun dengan luas 70.000 m2 saja. Dengan skala 5.000-8.000 m2, artinya mal yang akan hadir pada 2017 tidak lebih dari sepuluh mal. Jakarta Utara dan Selatan masih mendominasi jumlah di atas.