Inovasi menjadi faktor utama agar sebuah perusahaan bisa langgeng dan relevan pada kebutuhan zaman. Untuk mendukung inovasi tersebut, biasanya perusahaan memiliki unit khusus yang menangani riset dan pengembangan atau R&D (Research and Development). Fungsi R&D ini menjadi vital khususnya bagi perusahaan yang berbasis sains dan teknologi seperti PT Bayer Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ashraf Al-Ouf, Presiden Direktur PT Bayer Indonesia dalam Jakarta Foreign Correspondent Club, di Continental Hotel, Jakarta, Rabu (11/2/2015).
Dalam paparannya, Ashraf mengatakan Bayer Global saat ini menjadi perusahaan besar yang memiliki 85 kantor perwakilan di berbagai negara dan lebih dari 115 ribu karyawan. Ashraf menandaskan, kekuatan besas inovasi Bayer selama ini ada pada R&D. Sebab itu, perusahaan asal Jerman ini tidak segan-segan untuk menggelontorkan bujet investasi yang besar untuk R&D. (Baca Juga: Cara Bayer Indonesia Kembangkan Pasar)
Menurut laporan perusahaan pada tahun 2014, total investasi Bayer untuk R&D mencapai lebih dari €3,2 miliar. Dari total bujet tersebut, 70% didedikasikan untuk R&D Healthcare dan CropScience (Agrokimia). Untuk mendukung inovasi tersebut, Bayer merekrut 13.000 tenaga kerja untuk R&D dengan perincian 61% untuk HealthCare dan 39% untuk CropScience.
“Secara kesuluruhan, kami mengharapkan rasio antara R&D dan penjualan bisa meningkat pada tahun-tahun yang akan datang. Belakangan, Bayer berfokus pada tiga arena bisnis utama, yakni kesehatan , agrokimia, dan material berteknologi tinggi. Ketiganya saat ini sedang berkembang di pasar Indonesia,” kata Ashraf.
Di Indonesia, perusahaan ini hadir pada tahun 1969. Menurut Ashraf, pasar Indonesia cukup potensial. Pada tahun 2013, misalnya, sumbangan penjualan dari Indonesia mencapai €242 juta. Bayer juga mempekerjakan 1.350 profesional untuk bersama menggarap pasar ini. Bayer memiliki dua pabrik, yaknin pabrik di Cimanggis, Jawa Barat dan Surabaya, Jawa Timur. Kedua pabrik ini memasok produk untuk pasar nasional maupun internasional.
Pabrik Cimanggis memasok produk perawatan kesehatan ke 18 negara, seperti Kamboja, Korea, Singapura, Austria, Uni Emirat Arab, Swedia, maupun Inggris. Merek-merek consumer care yang dominan diekspor dari pabrik Cimanggis, antara lain Berocca, Redoxon, Aspirin, Saridon, CDR, Elevit, Canesten Powder, dan Supradyn.
Pada tahun 2015, Bayer menyuntik dana investasi tambahan sebesar €8,1 juta (setara Rp 125 miliar) untuk pabrik Cimanggis tersebut. Dengan tambahan investasi ini, pabrik Cimanggis akan memulai menghasilkan produk-produk farmasi, di samping produk consumer yang sudah diproduksi saat ini.
“Intinya, kami berfokus pada kompetensi sains untuk membantu orang-orang Indonesia agar mampu menjaga kesehatannya dan membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan medis secara khusus,” pungkas Ashraf.