Merek hotel bujet RedDoorz berencana meningkatkan portofolionya lebih dari 20% yang mana lebih dari 110 properti beroperasi di Jawa Tengah hingga akhir 2018. Sejak hadir pada tahun 2015, perusahaan asal Singapura ini telah memperluas portofolionya hingga 500 properti di tiga negara; Indonesia, Singapura, dan Filipina.
Sekitar 1.000 properti berkonsep waralaba dan 100 properti sewa diharapkan akan ditandatangani perusahaan selama satu setengah tahun ke depan. Perusahaan juga akan membuka cabang baru yang tersebar di seluruh Asia Tenggara di mana pasar hotel bujet sangat terfragmentasi.
Pendiri dan CEO RedDoorz Amit Saberwal mengatakan perusahaannya memulai bisnis di Indonesia lantaran negara ini terdapat banyak hotel murah, akan tetapi tak ada satupun yang memiliki brand berstandar baik.
“Kami saat ini adalah rantai akomodasi hotel bujet terbesar di Indonesia dengan lebih dari 500 properti, tersebar hingga 16 kota di Indonesia,” ujar dia dikutip dari tnoz.com.
Hingga saat ini, RedDoorz berhasil meraih investasi sebesar US$ 20 juta, yang mana pada Maret lalu perusahaan memperoleh dana segar sebesar US$ 11 juta. Uang itu merupakan hasil putaran Seri B yang yang berasal dari Asia Investment Fund dan beberapa modal ventura lain, seperti Sushquehanna International Group, International Finance Corporate, InnoVen Capital dan Jungle Ventures.
Dana baru ini akan mendukung strategi perusahaan untuk meningkatkan jumlah properti sewa. Salah satu pilot project-nya yaitu RedDoorz Marine Parade, sebuah hotel 65 kamar yang berlokasi di Singapura.
Saberwal menambahkan, dengan memiliki properti yang mereka sewa sendiri, perusahaan dapat lebih mudah mengelola dan memastikan aliran pendapatan yang konstan kepada para pemilik. Hal itu sekaligus menawarkan kepada pelanggan tarif efisien dan pengalaman sesuai harapan.
Model sewa juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan pelanggan lama, yang sebagian dari mereka datang karena adanya program loyalitas RedCash. RedDoorz melayani konsumen usia 24-35 tahun yang paham teknologi, kalangan yang menginginkan pengalaman berstandar baik, namun tak meguras biaya mahal.
Aplikasi RedDoorz telah berhasil meraih lebih dari setengah juta unduhan di platform Android sejak diluncurkan pada bulan Juli tahun lalu. Saat ini, lebih dari 70% pelanggan memesan melalui aplikasi.
RedDoorz memiliki program penetapan harga fluktuatif berbasis Artificial Intelligence yang memprediksi dan menyesuaikan tarif setiap jam. Saberwal yakin bahwa dengan mengetahui prediksi permintaan, pemilik hotel dijamin memperoleh pemasukan ideal dan pengaturan bagi hasil yang adil.
“Kami melihat pola permintaan yang mempengaruhi kenaikan tingkat hunian. Kami memastikan bahwa setiap area memiliki permintaan tinggi, sebelum kami memutuskan pindah ke area berikutnya. Semua properti kami memiliki tingkat hunian rata-rata 80%,” tutup Saberwal.
Editor: Eko Adiwaluyo