PT Kimia Farma Apotek melanjutkan proses evolusinya dari perusahaan obat-obatan yang beroperasi secara tradisional menjadi perusahaan yang bertransformasi digital. Perusahaan melakukan sejumlah terobosan, salah satunya melalui aplikasi Kimia Farma Mobile atau KF Mobile.
“Salah satu yang berubah dari kami adalah bisa melakukan reservasi klinik lewat KF Mobile. Tentu, kami menjawab kebutuhan dari para konsumen kita. Makanya kami bikin fitur, bikin apps yang benar-benar menjawab kebutuhan mereka,” kata Merchandising Director Kimia Farma Apotek Mellisa Astri di ajang tahunan ke-11 Jakarta Marketing Week yang digelar di Kota Kasablanka, Sabtu (17/6/2023).
Tidak sekadar membuat aplikasi, perusahaan juga mulai membidik pangsa pasar yang lebih luas, dengan menyasar generasi Z dan generasi Y. Muda-mudi ini menjadi incaran perusahaan karena jumlahnya yang semakin dominan. Menurut data hasil sensus penduduk tahun 2020, jumlah generasi Z sendiri mencapai 75,49 juta jiwa.
BACA JUGA: Omnichannel Experience, Kimia Farma Bangun Ekosistem Kesehatan
“Kami melihat generasi Z ini bertumbuh cukup banyak, di kantor juga banyak banget yang muda-muda, jadi energik semua,” lanjutnya.
Upaya perusahaan membidik generasi Z sendiri tak cuma melalui layanan yang bisa diakses secara daring. Perusahaan juga merambah ke lini produk lain, seperti kosmetik.
“Jadi, kalau misalnya sekarang datang ke Kimia Farma, produknya nggak cuma obat-obatan saja, tapi ada produk skincare, ada produk kosmetik. Jadi, judulnya apotek, tapi di dalamnya ada beauty,” ucapnya.
BACA JUGA: Ekspansi, Kimia Farma Apotek Buka 15 Outlet Baru di Indonesia
Selain itu, perusahaan juga semakin digital dengan melakukan pemasaran secara digital menggunakan platform TikTok. Selain menunjukkan diri bahwa perusahaan mau mengikuti perkembangan zaman, platform ini dinilai perusahaan efektif dalam membidik Gen Z.
Penggunaan platform ini juga digunakan untuk membangun positioning perusahaan. Jika sebelumnya Kimia Farma Apotek dikenal sebagai apotek semata, tempat orang berkunjung ketika sakit, perusahaan perlahan mengubahnya menjadi tempat suplemen kesehatan.
“Makanya, ketika COVID-19, sebenarnya orang langsung banyak minum vitamin C, vitamin D, padahal seharusnya itu dibutuhkan konsumsi secara rutin. Nah, itu yang sebenarnya konten-konten yang seperti itu yang kita buat kepada generasi muda supaya mereka menjajakan obat sebelum sakit,” pungkasnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz