Seorang konten kreator yang sekarang lumrah berhasil menarik banyak atensi serta follower bisa disebut sebagai influencer. Konten kreator tidak hanya video di platform seperti YouTube, tapi juga bisa di Instagram. Satu hal yang biasa menjadi perhatian para konten kreator ini adalah branding dan positioning mereka.
Konsistensi adalah kiat wajib karena dari situlah pangsa pasar dan penikmat konten mereka terlihat. Konsisten menawarkan konten dengan kualitas premium otomatis akan menjaring follower sekelasnya. Begitu juga sebaliknya. Tapi, konsistensi nyatanya bukan faktor utama sebuah konten untuk menggarap pasar tertentu.
Bagi sebagian konten kreator, ketika foto menjadi acuannya, tidak melulu gaya penampilannya harus sama seperti semua foto yang diposting dengan gaya monokrom.
“Acuan utamanya bukan konsistensi tapi personality. Harus diakui ketika share di Instagram tidak semua foto memiliki gaya yang sama, seperti segi tone. Tapi, yang di-posting memang benar-benar merepresentasikan diri saya pribadi. Jadi, paling utama ketika membuat konten adalah be yourself berdasarkan apa yang kamu cintai, bukan sebaliknya,” ujar seorang model yang juga konten kreator Fitria Yusuf di acara Ideafest minggu lalu di Jakarta.
Fitria selama ini dikenal sebagai foto model dengan jumlah pengikut di Instagram mencapai 82 ribu. Mayoritas foto-fotonya memang tidak memiliki tone serupa. Justru, ia mengatakan bahwa dari segi warna ia tidak konsisten. Tapi karena yang dia share adalah sesuatu yang dicintainya, ia dianggap sebagai konten kreator andal. Selain itu, di setiap posting-nya selalu ada satu karakter tergambar dari Fitria, yaitu seksi.
Dari personality apa adanya itu, justru banyak merek internasional menjadikannya endorser, bukan dari konsistensi. Fitria menambahkan, konten yang diterbitkan haruslah berdasarkan passion. Alasannya, passion itu mengusung sesuatu yang inspiratif dari seseorang.
Pemikiran Fitria diamini juga oleh seorang konten kreator serta influencer lainnya, seperti Diana Rikasari. Ia yang sekarang sudah memiliki keluarga dengan satu anak tetap pada pendiriannya untuk menjadi seorang Diana Rikasari yang fashionable dan unik dari sisi dandanan. Ia ogah mengubah dandanannya menjadi bergaya seperti seorang ibu pada umumnya.
“Banyak yang tanya kapan punya gaya seorang ibu. Memang seorang ibu dandanannya seperti apa? Saya nyaman dengan diri saya sekarang. Betul, harus jadi be yourself. Jdilah senatural mungkin. Justru kalau tidak natural dan keluar dari gaya saya selama ini, orang justru tidak akan percaya lagi. Kalau memang dari awal Anda dicap alay, ya sudah berarti alay adalah gaya Anda,” tutup Rika.
Editor: Sigit Kurniawan