Resep Sukses Bakso Boedjangan Famili

marketeers article

Tumbuh bak gurita di berbagai wilayah di Indonesia, Bakso Boedjangan dan famili yang berada di bawah payung PT Citarasa Prima Indonesia Berjaya (CRP Grup) terus menambah jumlah restoran mereka. Pencapaian mereka di pasar restoran Indonesia seakan mematahkan stigma keberlanjutan bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di antara para pemain restoran besar. Lantas, apa strategi CRP Grup?

Indonesia berdasarkan data  yang dirilis Agriculture and Agri-Food Canada mengenai Market Access Secretariat Global Analysis Report menjadi pasar layanan makanan (foodservice) terbesar di antara seluruh negara ASEAN.

Restoran dengan layanan lengkap, fast food, dan kedai makanan pinggiran merupakan tiga jenis restoran di posisi teratas yang menggenjot roda bisnis industri restoran di Indonesia. Tak dipungkiri, pemain UMKM menjadi penyumbang terbesar di sektor ini. Bahkan, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pun tak bisa memastikan jumlah UMKM restoran yang ada di Indonesia.

“Agak sulit dalam menghitung jumlah restoran di Indonesia karena bergerak begitu dinamis. Yang paling bisa kami ikuti sebagai gambaran adalah perusahaan yang memang go public. Dan, kalau dilhat angka pertumbuhan restoran masih lebih tinggi dibandingkan perhotelan,” ungkap Ketua Umum PHRI Hariyadi B. Sukamdani.

Di satu sisi, pemain bisnis restoran CRP Grup berhasil berkembang pesat. Berawal dari bisnis restoran dengan brand Warunk Upnormal (82 gerai) dan Nasi Goreng Rempah Mafia (13 gerai), CRP Grup berhasil meluncurkan rangkaian brand lain seperti Bakso Boedjangan(28 gerai), Sambal Khas Karmila (7 gerai), Fish Wow Cheeseee (2 gerai), Ayam Bersih Berkah (61 gerai), dan Meebox (4 gerai). Bahkan, mereka siap meluncurkan dua brand baru, Nasi Goreng Rempah Abang dan Martabak Maskulin.

“Kuncinya terletak pada kemampuan pemain bisnis ini dalam menjawab kebutuhan konsumen. Proses menciptakan dan mengembangkan produk harus diperhatikan dengan benar karena jika produk yang ditawarkan dirasa tidak lagi memenuhi kebutuhan dan ekspektasi konsumen, maka restoran yang kita miliki akan ditinggalkan,” ungkap Sr. Media Relations di CRP Group Jelita Pramesti kepada Marketeers.

Setelah produk, Jelita mengatakan para pemain perlu memperhatikan layanan yang diberikan karena beda market, berbeda pula treatment yang diberikan. Secara spesifik ia menjelaskan, CRP Grup berangkat dengan upaya memahami tren yang ada di tengah konsumen.

Saat ini, ia menilai konsumen Indonesia cenderung tertarik pada hal-hal yang Instagramable. CRP Grup kemudian merancang dekorasi ruang makan yang unik dan Instagramable.

Selain itu, CRP Grup juga mengemas comfort food menjadi naik kelas. Makanan sehari-hari juga masih memiliki popularitas, karena rasa dan wujudnya yang sudah dipahami oleh orang Indonesia. Namun, yang akan lebih populer lagi adalah apabila makanan sehari-hari ini dikemas dengan sesuatu hal yang diinginkan oleh konsumen.

“Seperti yang kami lakukan dengan mengemas tampilan yang lebih modern. Menyajikan di ruang makan yang lebih bersih dan rapi, atau ditambahkan dengan nilai-nilai lainnya seperti penambahan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan,” jelas Jelita.

Tak lupa, CRP Grup turut menangkap peluang bisnis baru dari kehadiran layanan serupa Go-Food dan Grab-Food. Berangkat dari konsep kepraktisan, mereka meluncurkan Upnormal Coffee Express untuk memenuhi kebutuhan para konsumen.

“Hal ini muncul karena sebagian target market yang tidak memiliki waktu yang banyak (bisa karena kesibukan bekerja) namun tetap ingin menikmati sajian yang nikmat. Sesuatu hal yang praktis ini bisa diterapkan oleh restoran dengan cara menyediakan menu to go atau kemasan yang handy (mudah dibawa ke mana-mana), dengan menyediakan jasa antar, atau bekerja sama dengan jasa pemesanan makanan online,” jelas Jelita.

Cara ini dinilai praktis karena konsumen tak perlu keluar dari ruangan, hanya membuka aplikasi, dan makanan siap diantar. Para pengemudi pun tak perlu menghabiskana waktu yang lama mengantri di restoran.

Bicara ke depan, Jelita memprediksi bisnis kuliner masih terus bertumbuh positif.  Bisnis kuliner masih lebih mudah untuk dijalankan dibandingkan dengan bisnis lain karena berhubungan langsung dengan kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup.

“Bisnis kuliner dan resto juga dianggap sebagai bisnis kekinian yang memacu pebisnis untuk terus berinovasi. Kemudian, kami juga memandang pertumbuhan industri restoran akan positif,” papar Jelita.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS