Artikel ini ditulis oleh Mia Santosa, Vice President Commercial & Business Development Visinema Group
Keberadaan produk dan brand dalam film telah menjadi hal yang lumrah sejak kali pertama sebuah brand diintegrasikan dalam film Wings di tahun 1927, bahkan hingga sekarang integrasi brand dalam film menjadi salah satu strategi marketing yang efektif. Praktik beriklan dalam film dengan integrasi produk semakin intensif dilakukan sejak tiga dekade yang lalu.
Hingga kini, Anda mungkin masih bisa mengingat segarnya Pepsi dan betapa inginnya Anda akan sepasang sepatu Nike seperti yang ada di film Back to the Future, mengingat mobil Mini Cooper yang digunakan dalam film pencurian The Italian Job, serta mengingat perasaan kaget ketika James Bond yang biasanya memesan martini “stirred, not shaken”, meminum Heineken di Skyfall.
Integrasi brand merupakan strategi marketing dengan menyelaraskan brand atau produk ke dalam elemen karakter dan cerita dari film, umumnya digunakan oleh brand untuk meningkatkan brand awareness dan familiarity. Keterlibatan sebuah brand dalam film dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan tingkat keterlibatan yang berbeda, mulai dari keterlibatan yang rendah hingga tinggi, menyesuaikan dengan nilai investasinya dalam film tersebut. Brand dengan keterlibatan rendah dapat dilakukan dalam bentuk penampilan dalam sebuah scene, yang lebih dikenal dengan istilah product placement, seperti brand placement Torabika di film Filosofi Kopi, dan product usage sepertipermen Fox’sdi film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang dikonsumsi oleh Awan sebagai karakter utama.
Untuk brand dengan keterlibatan tinggi, ada integrasi yang mendalam, seperti Gojek pada film Keluarga Cemara, dimana brand menjadi bagian yang sangat integral pada storytelling dengan menjadikan karakter Abah sebagai mitra driver Gojek yang karakternya secara keseluruhan memiliki brand attributes Gojek.
Bagi Visinema Pictures, adanya integrasi brand dalam film harus bisa diimplementasikan secara mulus pada scene – scene yang essential, disesuaikan dengan cerita yang dibagun, dan secara umum tidak dipaksakan, sehingga langkah pertama yang biasa Visinema Pictures lakukan adalah membedah naskah film untuk bisa mendapatkan gambaran, brand mana yang akan bisa diintegrasikan dalam film dengan seamless.
Pada saat brand terintegrasi ke dalam elemen dari cerita yang sudah diciptakan, berbagai keuntungan yang signifikan bisa didapatkan oleh brand. Mulai dari engagement rate dan pengaruh yang tinggi, juga penghindaran iklan yang rendah karena penonton datang untuk menikmati storytelling dan pengalaman menontonnya. Selain itu, impresi bagi brand terus bisa didapatkan sepanjang film tersebut tayang, hingga adanya kesempatan untuk brand mempergunakan familiarity dan kecintaan penonton terhadap karakter dan cerita yang ada dalam film tersebut untuk produk marketing lainnya dari brand.
Menyadari hal tersebut, dan dengan banyaknya kanal distribusi untuk film dan konten di tengah perkembangan teknologi saat ini, Visinema percaya bahwa perlu adanya pendekatan baru terhadap integrasi brand sehingga tidak hanya bisa meningkatkan brand awareness dan visibility, tetapi juga meningkatkan brand equity. Sebagai perusahaan yang berkembang dari penciptaan konten menjadi entertainment and technology company, Visinema merevolusi pendekatan ini melalui ekosistem konten dan dengan penggunaan Intellectual Property.