Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) melaporkan Indonesia hanya mampu meraih 0,1% pangsa pasar tanaman hias dunia. Hal ini terjadi lantaran ekosistem bisnis tersebut masih belum terbentuk dengan baik.
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM menuturkan sebenarnya industri tanaman hias memiliki kinerja ekspor yang cukup baik. Tercatat, volume dan nilai ekspor yang terus meningkat rata-rata 10% per tahun.
BACA JUGA: Jadi Komoditas Unggulan, Ekspor Ikan Hias Tembus US$ 399,60 Juta
“Berbagai keterbatasan membuat Indonesia hanya mampu meraih 0,1% dari global market value tanaman hias yang mencapai US$ 22,329 miliar,” kata Teten melalui keterangannya, Jumat (29/9/2023).
Menurutnya, Indonesia sebenarnya bisa menjadi salah satu negara pengekspor tanaman hias terbesar dunia lantaran memiliki kekayaan biodiversity dan sumber talenta dalam industri tanaman hias. Oleh karena itu, industri tanaman hias dapat dihubungkan ke platform digital, sehingga dapat memasuki pasar global melalui penggunaan teknologi modern.
BACA JUGA: Meniliki Besarnya Potensi Pasar Ikan Hias di Indonesia
“Transformasi digital harus masuk ke sektor produksi seperti industri tanaman hias ini. Ekosistem itu harus kita bangun,” ujarnya.
Teten menguraikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor tanaman hias Indonesia pada tahun 2021 mencapai 20.300 ton. Sementara itu, volume ekspornya juga meningkat 11,5% atau 2.100 ton dibandingkan ekspor tahun 2020.
Peningkatan juga terjadi pada nilai ekspor dari US$ 19,9 juta pada 2020 menjadi US$ 21,9 juta pada 2021 atau meningkat 10%. Dengan besarnya peluang ekspor tanaman hias dan dalam rangka mencapai misi Indonesia Emas di tahun 2045, diharapkan ke depan nilai ekspor ini dapat meningkat dari tahun ke tahun dan nilai impor makin menurun.
Teten menjelaskan ada beberapa negara utama tujuan ekspor tanaman hias Indonesia, seperti Jepang, disusul Singapura, Belanda, Amerika Serikat (AS), Cina, Korea Selatan, Malaysia, dan Kanada dengan jenis tanaman antara lain tanaman krisan, Saintpaulia, Uphorbia, Lilium, Philodendron, dan Lomandra.
Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Barantan Kementan) pada 2021, jenis ekspor didominasi beragam benih hortikultura, baik dalam bentuk biji maupun tanaman hias, senilai Rp 80 miliar.
Dengan besarnya peluang kebutuhan tanaman hias dari Indonesia ini maka menjadi peluang bagi pelaku usaha tanaman hias agar dapat berinovasi untuk pengembangan budi daya tanaman hias. Di luar negara-negara tersebut, masih ada peluang ekspor ke negara lainnya, seperti Saudi Arabia yang banyak membutuhkan tanaman untuk proyek Saudi Green.
“Saya berharap peluang yang besar tersebut dapat dipenuhi oleh pelaku usaha tanaman hias Indonesia dengan meningkatkan jumlah produk tanaman hias untuk memenuhi kebutuhan ekspor,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk