RI-Kenya Kerja Sama Atasi Kesenjangan Biaya Pembangunan Berkelanjutan

marketeers article
Sumber gambar: pers rilis.

Indonesia dan Kenya menjalin kerja sama untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) dan aksi iklim. Hal ini dilakukan dengan membawa Kenya bergabung dengan Aliansi Pembiayaan Campuran Global (GBFA), sebuah platform internasional yang dipimpin oleh Indonesia.

Adapun kerja sama tersebut dilakukan oleh Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) dan Menteri Pertambangan, Ekonomi Biru, dan Maritim Kenya, Hassan Ali Joho. Penandatanganan ini dilakukan satu bulan setelah badan PBB untuk pembangunan (UNDP), Tony Blair Institute for Global Change (TBI), dan United in Diversity bergabung dalam GBFA sebagai mitra pengetahuan (knowledge partners).

BACA JUGA: Jokowi: Perubahan Iklim Tak Terselesaikan dengan Pendekatan Ekonomi

Luhut mengatakan Indonesia telah menginisiasi pembentukan platform ini selama Presidensi G20 pada tahun 2022, bersama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Luar Negeri. Meskipun ada komitmen global untuk negara-negara berkembang sebesar US$ 100 miliar pada 2022, pembiayaan iklim masih jauh dari kebutuhan nyata.

Negara-negara berkembang menghadapi kesenjangan finansial tahunan sebesar US$ 3 triliun untuk aksi iklim dan SDG. Kesenjangan pendanaan ini membutuhkan peningkatan investasi, penerapan mekanisme pembiayaan yang inovatif, serta komitmen dari pemerintah dan sektor swasta, sehingga GBFA dibentuk sebagai tanggapan terhadap kebutuhan mendesak untuk platform pembiayaan yang dipimpin oleh negara-negara Global Selatan terkait SDG dan aksi iklim.

BACA JUGA: Imbas Krisis Iklim, Pertumbuhan Ekonomi RI Terancam Turun 1,24%

“Kami berterima kasih atas keikutsertaan Kenya dalam GBFA. Keputusan ini mencerminkan kepercayaan mereka terhadap platform ini sebagai sarana penting bagi negara-negara berkembang untuk memobilisasi dana yang sangat dibutuhkan bagi SDG dan aksi iklim,” kata Luhut melalui keterangan resmi, Jumat (18/10/2024).

Sementara itu, Hassan Ali Joho, Menteri Pertambangan, Ekonomi Biru, dan Maritim Kenya menambahkan meskipun Kenya belum dapat menandatangani perjanjian, negaranya tetap berkomitmen untuk bergabung dengan GBFA. Ia menegaskan pembiayaan campuran adalah kunci penting bagi negara-negara berkembang.

“GBFA bukan sekadar investasi dolar, tetapi juga langkah menuju dunia yang lebih cerah dan lebih baik. Kami mengajak negara-negara lain yang sejalan untuk mendukung upaya ini, karena generasi mendatang akan mengenang para pemimpin yang berdiri teguh di masa-masa penting ini,” ujarnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS