RI Pensiunkan 13 PLTU Batu Bara, Bahlil Bakal Investasi Industri Baru
Indonesia berencana menghentikan penggunaan 13 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara secara bertahap. Upaya ini dilakukan untuk mengejar target bebas emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) 2060.
Bahlil Lahadalia, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan saat ini hampir 60% atau sekitar 91 gigawatt (GW) pembangkit listrik Indonesia berasal dari batu bara. Oleh karena itu, pemerintah menyadari bahwa pengurangan penggunaan batu bara sebagai sumber energi utama di Indonesia perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
BACA JUGA: Tekan Emisi PLTU dan PLTGU, PLN IP Pakai Teknologi ESP dan CEMS
“Pemerintah berkomitmen untuk melakukan transisi yang adil dan bertahap dengan mempertimbangkan kesejahteraan pekerja, masyarakat, dan industri yang bergantung pada batu bara. Hal tersebut termasuk mengembangkan strategi untuk melatih ulang pekerja, mendiversifikasi ekonomi lokal, dan berinvestasi di industri baru yang dapat menggantikan kontribusi ekonomi batubara,” kata Bahlil melalui keterangan resmi, Selasa (10/9/2024).
Terkait dengan kebijakan PLTU, pemerintah saat ini sedang menyusun peta jalan pemensiunan dini PLTU berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
BACA JUGA: Dorong Dekarbonisasi, Indonesia Tawarkan Hilirisasi Batu Bara ke Cina
Sebanyak 13 PLTU akan dipensiunkan secara dini secara bertahap dengan mempertimbangkan keekonomian serta tidak menimbulkan gejolak kekurangan pasokan dan kenaikan harga listrik. Adapun untuk PLTU yang beroperasi akan diterapkan teknologi Clean Coal Technology (CCT), antara lain dengan mengimplementasikan teknologi supercritical dan ultra-supercritical. Terdapat tujuh PLTU batu bara yang telah beroperasi menggunakan teknologi supercritical dan ultra-supercritical dengan total kapasitas 5.455 MW, yaitu PLTU Cirebon (660 megawatt/MW), PLTU Paiton 3 (815 MW), PLTU Cilacap 3 (660 MW), PLTU Adipala (660 MW), PLTU Banten/LBE 1 (660MW), PLTU Jawa 7 Unit 1 (1.000 MW), dan PLTU Jawa 8 (1.000 MW).
Pemerintah juga merencanakan untuk mengembangkan PLTU batu bara dengan menggunakan teknologi boiler ultra-supercritical pada sembilan lokasi di Jawa dengan total kapasitas sebesar 10.130 MW sampai tahun 2028 atau sebesar 37,43 % dari total perencanaan PLTU batu bara.
Selain mendorong PLTU menggunakan teknologi ramah lingkungan seperti CCT, Kementerian ESDM mendorong pula pelaksanaan cofiring (pencampuran bahan bakar) PLTU batu bara dengan biomassa. Apalagi Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan sumber energi tersebut lantaran memiliki perkebunan sawit yang dapat diolah menjadi biomassa.
“Strategi ini terbukti dapat mengurangi emisi yang dihasilkan oleh PLTU. Batubara akan tetap memiliki perannya sesuai dengan bauran energi kita. Namun, menuju net zero akan didukung oleh kebijakan, investasi, dan teknologi PLTU ramah lingkungan,” ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk