Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan tetap menjalankan program substitusi impor 35% untuk tahun ini. Sektor yang bakal dipacu, yaitu industri elektronika dengan mengoptimalkan produk dalam negeri.
Kemenperin juga tengah menyusun Neraca Komoditas pada 25 produk dengan nilai impor tertinggi. Salh satunya adalah telepon seluler (ponsel). Untuk menekan impor ponsel, Kemenperin mendorong agar pendalaman struktur dilaksanakan di Indonesia mengingat pasar domestik yang besar.
“Saya berterimakasih kepada pelaku industri telepon seluler yang konsisten menerapkan TKDN, kata Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian di Jakarta, Senin (15/8/2022).
Dia berharap agar industri ponsel dapat menjalankan roadmap pendalaman struktur yang telah ditetapkan Kemenperin. “Di samping itu, saya juga berpesan agar riset dan pengembangan ponsel sudah mulai dapat dilakukan di dalam negeri,” ujarnya.
Sementara itu, Taufiek Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin menjelaskan dari tahun 2022-2024, pikhanya menargetkan SMT Process, Industrial Mechanical Design, industri casing, industri baterai, casis molding design, dan industri antena supaya dapat dilakukan di dalam negeri.
“Kami memandang bahwa impor CBU sudah turun drastis setelah penerapan TKDN. Pada tahun 2021 produksi dalam negeri sudah mencapai 57 juta unit dan impor sekitar 2,9 juta unit. Kami sangat concern agar industri komponen Handphone, Komputer Genggam, dan Tablet (HKT) bisa terus tumbuh di dalam negeri,” ujar Taufiek.
Dia mengemukakan permintaan feature phone saat ini cukup besar di Indonesia. Karenanya, Kemenperin memberikan apresiasi terhadap peresmian produksi perdana feature phone Nokia oleh PT Erajaya Swasembada dan PT Halo Mobile Device Indonesia.
“Kami sangat menyambut baik upaya yang dilakukan oleh PT Erajaya Swasembada dan PT Halo Mobile Device Indonesia yang telah memproduksi feature phone Nokia di dalam negeri, dari yang sebelumnya impor. Produksi ini tentu berdampak positif pada perbaikan trade balance telepon seluler guna mencapai target substitusi impor. Di samping itu, dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja, pada akhirnya juga berdampak terhadap perbaikan ekonomi nasional,” ucap Taufiek.
Ali Murtopo, Direktur Industri Elektronika dan Telematika (IET) Simbolon mengungkapkan dengan kapasitas produksi yang ada saat ini sebesar 2,4 juta per tahun, PT Erajaya Swasembada dan PT Halo Mobile Device Indonesia dapat memenuhi market dalam negeri tanpa harus melakukan impor lagi.