Indonesia dan Cina makin memperkuat kerja sama bilateral bidang ekonomi, termasuk sektor industri. Hal ini dilakukan dengan terjalinnya kesepakatan dari kedua negara untuk pemenuhan umbi porang sebanyak 50.000 ton per tahun.
Adapun pihak eksportir porang berasal dari Indonesia yang dilakukan oleh PT Agrobisnis Komoditas Indonesia (Agrasi). Adapun dari China, impor akan diterima oleh GuangXi Huapin Agricultural Technology, Co., Ltd.
BACA JUGA: Banyak Mispersepsi, Mr Ishii Gencar Edukasi Mengenai Produk Porang
Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menuturkan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) telah dilakukan kedua perusahaan. Kerja sama antara kedua entitas bisnis tersebut berfokus pada pengembangan rantai nilai industri porang.
“Kerja sama antara Agrasi dan Huapin ini tidak hanya terkait penjualan serpih porang, namun kedua belah pihak berkomitmen untuk melakukan pengembangan rantai pasok dan industri hilir porang di Indonesia,” kata Putu melalui keterangan resmi, Senin (2/12/2024).
BACA JUGA: Gali Potensi Industri Porang, Ralali.com Akuisisi Fitmee
Putu menjelaskan pada tahap awal kerja sama ini, sebanyak 21 industri kecil dan menengah (IKM) telah mendapatkan bantuan dibantu fasilitas produksi berupa mesin pengering serpih porang. Targetnya, pada tahun 2028 terlaksana transfer teknologi dan produksi tepung glukomanan sesuai spesifikasi industri di Indonesia.
Sebelumnya, pada 4 Januari 2024 di Jakarta, kedua belah pihak juga telah menandatangani kontrak kerja sama dalam proses jual beli serpih porang selama enam tahun pada 2024 hingga 2030 sebanyak 25.000 ton per tahun. Selanjutnya, pada 26 November 2024, terjadi kesepakatan lagi untuk peningkatan jual beli, dari 25.000 ton menjadi 50.000 ton per tahun.
“Peningkatan jumlah ekspor serpih porang ini juga diiringi fasilitasi mesin pengering yang memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang akan digunakan oleh para pelaku IKM di sentra produksi porang,” ujar Putu.
Kerja sama Agrasi dan Huapin diharapkan dapat menjaga stabilitas harga bahan baku porang secara contract farming di kisaran Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kilogram. Stabilitas harga porang ini penting untuk menjaga motivasi petani untuk menanam porang, sehingga pasokan bahan baku dapat terpenuhi secara berkesinambungan.
Putu menjelaskan dalam kerja sama Agrasi dan Huapin juga berkomitmen untuk melakukan injeksi teknologi di daerah sumber bahan baku porang. Selain itu, kedua belah pihak juga berkomitmen untuk meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan porang sumber daya manusia (SDM) lokal melalui pelatihan-pelatihan.
“Harapannya pada tahun 2030, terbangun industri pemurnian glukomanan 95% di Indonesia dan Indonesia menjadi salah satu pionir utama industri glukomanan global,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk