Riset Konsumen: Orang Indonesia Tidak Bisa Lepas dari Belanja Offline
Masyarakat Indonesia sudah sangat lekat dengan kegiatan berbelanja. Bahkan, Bangsa ini cukup dikenal konsumtif. Di era digital kini, pilihan berbelanja masyarakat dihadapkan oleh dua pilihan, online atau offline. Fenomena ini pun melahirkan hasil riset konsumen yang menarik.
Melihat semakin meluasnya akses pasar, tak heran jika data Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa sektor perdagangan menjadi sektor terbesar kedua yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Kontribusi sektor ini mencapai 12,94% pada tahun 2023.
Menyadari adanya fenomena menarik dalam tren belanja tersebut, perusahaan data dan insights Populix menggali pola belanja konsumen di Indonesia.
BACA JUGA: Survei Populix: 73% Orang Indonesia Paham Industri Halal
Melalui laporan bertajuk “Preferensi Konsumen dalam Belanja Online dan Offline”, perusahaan mengulas tren belanja offline dan online, serta situasi pascapandemi yang turut memengaruhi perilaku belanja konsumen.
“Pascapandemi, kami menyaksikan transformasi yang menarik dalam perilaku belanja konsumen di Indonesia. Meski pandemi memicu lonjakan belanja online, hasil riset menunjukkan bahwa belanja offline tetap menjadi pilihan,” papar Indah Tanip, Head of Research Populix dalam laporannya, Kamis (18/4/2024).
Indah melanjutkan, belanja offline dinilai melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemi. Hasil riset juga memperlihatkan dinamika yang kompleks antara ritel online dan offline.
Keduanya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam.
Kebiasaan Belanja pada Saat, Sebelum, dan Pascapandemi
Menurut survei yang dilakukan secara hybrid terhadap 515 responden yang terdiri dari pembeli berusia 18-55 tahun dan penjual berusia natural fallout di Indonesia, sebanyak 54% dari total responden yang aktif berbelanja online dan offline lebih memilih melakukan aktivitas belanja online selama pandemi berlangsung.
Faktor kesehatan menjadi pendorong keputusan tersebut. Setelah pandemi berakhir, 49% di antaranya juga masih lebih sering melakukan aktivitas belanja online.
BACA JUGA: Riset: 83% Konsumen Memilih Webrooming sebelum Membeli
Berbeda dari persentase aktivitas belanja online yang mengalami sedikit penurunan, konsumen yang lebih memilih aktivitas belanja offline pascapandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.
Survei yang dilakukan selama periode 9 November – 14 November 2023 ini menunjukkan bahwa meskipun tren belanja online cukup populer, konsumen Indonesia juga masih tetap gemar berbelanja offline.
Preferensi Belanja Online & Offline
Secara umum, konsumen Indonesia telah memiliki preferensi saat melakukan pembelian kategori produk tertentu. Riset pun menemukan bahwa produk fesyen dan kecantikan (masing-masing sebanyak 46%) dibeli secara online, sementara kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan (34%) lebih dominan dibeli secara offline.
Di sisi lain, riset juga menyoroti beberapa faktor pendorong yang membuat konsumen memilih melakukan pembelian baik secara online maupun offline.
1. Faktor Utama Pilih Belanja Online
Kepraktisan (67%) dan kemudahan membandingkan harga (66%) menjadi dua faktor utama yang mendorong konsumen untuk berbelanja online. Diikuti oleh ketersediaan berbagai metode pembayaran (60%) di posisi ketiga.
Lalu, kemudahan proses pengembalian barang (25%) juga turut menjadi salah satu alasan penting yang membuat konsumen suka berbelanja secara online.
2. Faktor Utama Pilih Belanja Offline
Tangibility atau kesempatan untuk memegang/merasakan produk secara langsung (77%), tidak ada biaya pengiriman (66%), diikuti oleh jarak toko yang dekat (62%) adalah tiga faktor utama yang membuat konsumen lebih memilih berbelanja secara offline.
“Pada akhirnya, transaksi belanja offline maupun online memiliki peranan yang sangat penting dalam mendorong perekonomian di Indonesia. Untuk terus memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sinergi antara ritel offline dan online menjadi hal yang sangat esensial dalam mengakomodasi kebutuhan konsumen Indonesia yang beragam,” tutup
Indah.