Perusahaan pembiayaan, Kredivo bersama dengan Katadata Insight Center meluncurkan hasil riset terbaru tentang tren paylater. Salah satu temuannya adalah adanya peningkatan penggunaan paylater dari 28% menjadi 38% secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini disebabkan oleh faktor kemudahan yang didapatkan pengguna, seperti fleksibilitas pembayaran, durasi proses persetujuan, hingga pengalaman bertransaksi.
Indina Andamari, VP Marketing & Communications Kredivo mengungkapkan, ekosistem digital yang semakin kondusif mendukung naiknya rata-rata transaksi e-commerce yang kini tidak hanya terpusat di kota besar, namun juga kota-kota tier. Terjadi kenaikan jumlah transaksi dari 31% menjadi 34% dan nilai transaksi naik dari 28% menjadi 30% (yoy). Secara global, paylater diprediksi akan terus tumbuh menjadi salah satu metode pembayaran digital pilihan konsumen serta mampu mengakselerasi ekonomi digital yang inklusif di Indonesia.
Adapun riset dilakukan dengan memanfaatkan data primer sebanyak 16 juta sampel transaksi pembayaran yang berasal dari 1,5 juta sampel pengguna Kredivo pada lima e-commerce terbesar di Indonesia. Riset berlangsung selama tahun 2021 dengan lebih dari 3.000 responden dari berbagai wilayah Indonesia.
“Sebagai pelaku pembayaran kredit digital dengan terintegrasi dengan paling banyak merchant e-commerce ternama, data transaksi yang Kredivo miliki sangat kaya dengan informasi yang menjadi dasar riset ini untuk menggali lebih dalam kebiasaan berbelanja online masyarakat Indonesia. Kami optimistis bahwa ke depannya, layanan kredit digital yang fleksibel, terjangkau, dan aman dapat berkontribusi pada pertumbuhan industri e-commerce Tanah Air sekaligus mendorong ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia,” ujar Indina melalui keterangannya, Kamis (2/6/2022).
Beberapa temuan menarik lain dari riset ini di antaranya tren berbelanja online yang semakin menjadi preferensi masyarakat Indonesia, dengan jangkauannya yang semakin inklusif, terutama di daerah dengan populasi lebih rendah. Dibandingkan tahun 2020, jumlah transaksi dan nilai transaksi e-commerce di kota-kota tier dua mengalami peningkatan, dengan jumlah transaksinya meningkat dari 31% menjadi 34%, sedangkan nilai transaksinya meningkat dari 28% pada tahun 2020 menjadi 30% pada tahun 2021.
Kemudian, adanya inklusivitas layanan digital juga terlihat dari peningkatan transaksi konsumen yang berumur lebih tua, konsumen kelompok umur 36 hingga 55 tahun mengalami peningkatan jumlah transaksi berbelanja online dengan konsumen umur 36 hingga 45 tahun meningkat dari 19% pada tahun 2020 menjadi 23% pada tahun 2021. Sedangkan konsumen umur 46 hingga 55 tahun meningkat dari 3% pada tahun 2020 menjadi 5% pada tahun 2021.
“Karena tingginya aktivitas digital selama pandemi COVID-19, jumlah transaksi pulsa dan paket data meningkat dari 14% di tahun 2020 menjadi 23% di 2021. Sementara itu, gadget dan aksesoris menjadi kategori produk dengan nilai transaksi tertinggi dan meningkat hingga 66% dibanding tahun sebelumnya,” ujarnya.
Tak hanya itu, Indina menyebut, laki – laki masih mendominasi transaksi di e-commerce. Pada tahun 2021, sebanyak 62% jumlah transaksi dan 64% nilai transaksi berasal dari konsumen laki-laki. Selain itu, saat berbelanja online, konsumen laki-laki lebih banyak melakukan transaksi dan lebih banyak mengeluarkan uang dibandingkan konsumen perempuan.
Lalu, terdapat perbedaan preferensi barang yang dibeli konsumen laki-laki dan perempuan baik dalam hal jumlah maupun nilai transaksi. Konsumen laki-laki melakukan transaksi hampir dua kali lebih banyak untuk kategori otomotif dan elektronik sementara perempuan lebih banyak untuk kebutuhan makanan, kesehatan dan kecantikan, serta fashion. Berdasarkan nilai transaksi, konsumen perempuan cenderung mengeluarkan uang lebih banyak dibandingkan konsumen laki-laki untuk produk-produk dengan harga lebih tinggi seperti komputer, gadget, dan elektronik.
“Festival belanja online (Harbolnas) masih menjadi strategi efektif untuk menambah pengguna baru serta meningkatkan jumlah transaksi hingga dua kali rata-rata transaksi harian,” pungkasnya.
Editor: Eko Adiwaluyo