Riset: Mayoritas Pemasar Antisipasi Penghapusan Cookie Pihak Ketiga

marketeers article
Riset: Mayoritas Pemasar Antisipasi Penghapusan Cookie Pihak Ketiga (FOTO: 123RF)

Riset terbaru Twilio menunjukkan sebanyak 92% pemasar digital di wilayah Asia Pasifik (APAC) percaya penghapusan cookie pihak ketiga dapat membantu memperkuat kepercayaan dalam iklan di antara konsumen dalam jangka panjang. Mereka mengakui peluang dalam membangun kepercayaan yang lebih besar melalui penggunaan cara mengumpulkan data lain, terutama zero-party data dan first-party data.

Laporan Twilio, When Consumers Control Data: How to Build Trust and Succeed in the New Digital Era, menganalisis implikasi jangka panjang dari masa depan tanpa cookie yang dibentuk oleh preferensi dan harapan konsumen yang berubah seputar berbagi data. Laporan ini, yang dirilis setelah laporan The Consumer Data Revolution in Asia Pacific, mencakup temuan dari 600 pemasar di organisasi atau perusahaan yang berbasis di wilayah Asia Pasifik, yaitu tepatnya di Singapura, Hong Kong, Australia, Filipina, Indonesia, dan Jepang.

“Di dalam revolusi data konsumen yang baru, sangat penting bagi para pebisnis untuk mempertimbangkan kembali pendekatan mereka terhadap data guna mendorong keterlibatan yang lebih berdampak untuk konsumen. Sekarang, kepercayaan menjadi faktor penentu kesuksesan pemasaran, sehingga para merek perlu lebih transparan dalam berkomunikasi tentang bagaimana mereka menggunakan data untuk menghasilkan nilai yang bermakna bagi konsumen,” kata Nicholas Kontopoulos, Wakil Presiden Pemasaran, Asia Pasifik & Jepang, Twilio dalam keterangannya, Rabu (26/7/2023).

BACA JUGA: Survei: Kesadaran Konsumen Indonesia Soal Penggunaan Data Tinggi

Selama beberapa dekade, cookie pihak ketiga dianggap sebagai elemen penting dalam periklanan digital. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, cookie pihak ketiga telah memicu keraguan karena masalah pelanggaran privasi data. 

Berdasarkan laporan The Consumer Data Revolution in Asia Pacific, 42% dari para konsumen cenderung kurang bersedia untuk berbagi data dengan merek yang telah mengalami pelanggaran data yang signifikan. Di tengah tekanan regulasi dan konsumen yang makin meningkat untuk pengendalian yang lebih baik dan transparansi seputar berbagi data, browser web utama telah menghentikan dukungan terhadap cookie pihak ketiga, dan Google akan mengikuti langkah tersebut pada tahun 2024. 

Meskipun awalnya telah menyebabkan kecemasan di antara pelaku industri periklanan, namun mereka mulai menyadari manfaat metode baru dalam mengumpulkan dan menggunakan data dapat membangun kepercayaan konsumen yang lebih kuat. Dalam dunia pemasaran, zero-party data menjadi sangat berharga bagi para pemasar digital. 

Data ini diperoleh secara aktif dari pelanggan melalui survei dan saluran umpan balik langsung lainnya. Dengan adanya data ini, merek-merek dapat menyesuaikan upaya pemasaran mereka berdasarkan preferensi dan motivasi masing-masing konsumen, meningkatkan layanan melalui umpan balik konsumen tentang masalah tertentu, serta memperkuat hubungan dengan menciptakan rasa kepercayaan yang lebih baik.

BACA JUGA: Survei: Nano Influencer Berdampak Paling Besar ke Pembelian Konsumen

Berdasarkan riset Twilio, sebanyak 95% pemasar digital di Indonesia sudah memanfaatkan sarana pengumpulan data langsung ke konsumen (zero-party data). Dalam mengoleksi data secara langsung, pemilik brand di Indonesia menggunakan sejumlah sejumlah medium, seperti registrasi online (63%), pengisian form di website (47%), polling media sosial (47%), distribusi email (68%), pop-ups percakapan (58%), survei (58%), kontes (26%), uji coba virtual (47%).

Kondisi yang sama juga terjadi di level regional Asia Pasifik. Sebanyak 92% pemasar digital juga menggunakan medium serupa untuk mengumpulkan data secara langsung dari konsumennya, terutama melalui survei (58%), jajak pendapat media sosial (52%), dan kampanye melalui email (51%).

Hal ini merupakan langkah yang tepat mengingat harapan konsumen yang semakin tinggi terkait persetujuan dan transparansi. Selain itu, 64% konsumen di wilayah tersebut lebih bersedia untuk berinteraksi atau merespons kepada merek yang secara langsung memperoleh informasi konsumen dari mereka sendiri daripada melalui pihak ketiga.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS