Survei TikTok dan BCG mengatakan perilaku belanja konsumen makin membutuhkan pengalaman yang menghibur saat mereka memilih produk ataupun melakukan pembelian, atau yang biasa disebut dengan Shoppertainment. Pendekatan ini merupakan penjualan dan promosi yang berbasis konten digitan dan menggabungkan unsur hiburan serta edukasi.
Menurut survei dari TikTok dan BCG, pendekatan shoppertainment ini memberikan pengaruh pada pertumbuhan brand, tepatnya sebesar 63%, terutama di Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan. Pendekatan ini menciptakan cara yang menarik bagi brand untuk mengubah interaksi mereka dengan konsumen melalui format “video-first, sound-on“.
“Shoppertainment menggabungkan konten, culture, dan kegiatan penjualan dengan cara yang mulus. Dengan begitu, brand dapat berinteraksi dengan audiens selama berbelanja, tanpa terlalu ‘berjualan’ secara terang-terangan. Brand pun akhirnya mampu menyentuh kebutuhan fungsional dan emosional pelanggan, sehingga bisa tercipta hubungan yang lebih kuat dan lebih lama,“ kata Sam Singh, Vice President of Global Business Solutions, TikTok APAC dalam siaran tertulisnya, Kamis (25/8/2022).
Di Indonesia sendiri, konsumen sangat terbuka untuk mengadopsi shoppertainment sebagai bagian dari kegiatan belanja mereka. Sebanyak 83% dari responden Indonesia menyatakan mereka menonton video sebelum akhirnya membeli produk tersebut.
Selain itu, konten video mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli kategori fesyen, kecantikan, dan elektronik mencapai lebih dari 50%. 81% responden mengharapkan konten bercerita dan pendidikan, sementara 76% responden mengaku tertarik pada format video-first.
Konten tersebut dapat dibuat oleh influencer dan kolaborasi brand yang ditampilkan melalui TV belanja atau livestreamdan dibalut unsur komedi. 71% responden menemukan orisinalitas atau authenticity penting dalam membuat konten menarik.
Para brand dapat menciptakan sentimen brand yang autentik, dengan ulasan yang kredibel dan percakapan komunitas yang terbuka dan menarik, yang dapat menginspirasi komunitas melalui ulasan produk atau video unboxing. 71% responden mengharapkan brand tidak memaksakan pengambilan keputusan saat berinteraksi dengan konsumen.
Para brand harus memastikan kontennya bisa sesuai dengan minat dan hobi target konsumen, sehingga konsumen menimbulkan perasaan bahagia atau membangkitkan kenangan yang positif. 65% responden ingin melihat saran dan rekomendasi tepercaya tentang brand online.
Penting untuk menyertakan suara pakar komunitas yang kredibel dan tepercaya, sehingga obrolan ini pun bisa diteruskan oleh pengguna kepada teman dan pengguna lainnya. Studi ini mengungkapkan konsumen di Asia Pasifik mengharapkan brand untuk fokus pada shoppertainment, sebelum memberikan informasi produk dan langkah untuk membelinya.
Hal ini dilakukan untuk mengajak konsumen beralih dari tahap awareness ke tahap desire, dan akhirnya maju ke tahap conversion—secara mulus.
Editor: Ranto Rajagukguk