Riset YouGov: Konsumen Pria Lebih Impulsif Ketimbang Perempuan

marketeers article
Sumber: 123RF

Tahun ini, konsumen Indonesia makin beragam dan penuh warna, dengan preferensi yang semakin kompleks. Ada yang selalu antusias menantikan inovasi teknologi terbaru, tapi ada juga yang setia pada perangkat lama mereka, bangga karena barang-barang tersebut tetap berfungsi sampai titik terakhir.

Melihat keberagaman ini, bagi merek yang ingin tetap relevan, memahami keunikan setiap tipe konsumen di Indonesia itu wajib hukumnya! Apalagi, konsumen masa kini tidak sekadar beli produk. Mereka juga memiliki opini tentang isu-isu yang lebih luas, seperti pengurangan konsumsi, konsumsi berlebihan, hingga tren deinfluencing yang sedang marak di media sosial.

Bukan sekadar kata-kata viral, tapi benar-benar mencerminkan perubahan nilai dan pola pikir konsumerisme yang berkembang di Indonesia. YouGov dengan studi terbarunya memberikan wawasan menarik tentang bagaimana preferensi ini memberi tantangan baru bagi merek agar bisa terus relevan dan responsif.

BACA JUGA: Survei YouGov: 87% Gen Z Gunakan Dompet Digital

Mengutip tulisan Laura Robbie di laman Campaign Asia, laporan ini menyebut kepribadian konsumen di Indonesia bisa dikelompokkan menjadi beberapa kategori utama. Mulai dari yang minimalis, yakni yang fokus pada pembelian barang yang sedikit, namun yang berkualitas. Ada juga konsumen yang hanya membeli yang benar-benar dibutuhkan, jauh dari impulsif.

Selain itu, ada konsumen yang lebih suka memperbaiki atau mendaur ulang barang mereka daripada membeli barang baru, rela bayar lebih untuk produk yang tahan lama, dan konsumen yang setia pada suatu merek tertentu.

Namun, ada juga lho, konsumen yang suka membeli barang-barang yang up-to-date, aktif berburu diskon, dan sering beli berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan, suka mencoba produk baru yang baru dirilis. Bahkan, ada yang memilih menghabiskan uang untuk pengalaman daripada barang material.

Di Indonesia, riset YouGov menemukan bahwa sebagian besar konsumen negara ini adalah pembeli berbasis kebutuhan (52%). Diikuti oleh yang loyal terhadap merek tertentu (38%), sensitif dengan harga (34%), dan yang fokus kualitas (30%). Untuk perempuan di Indonesia lebih banyak yang mengidentifikasi diri sebagai pembeli berbasis kebutuhan, dan juga lebih tinggi dalam loyalitas merek, sensitif harga, serta fokus pada kualitas dibandingkan pria.

Sementara pria cenderung sedikit lebih memilih gaya hidup minimalis. Meski begitu, YouGov menemukan bahwa mereka juga punya kecenderungan sedikit lebih impulsif dibandingkan perempuan. Selain itu,  pria juga lebih berpeluang mengidentifikasi diri sebagai konsumen sadar sosial.

Riset YouGov juga memperlihatkan ada segmen yang berusaha menjadi konsumen yang lebih bijaksana, mungkin bisa dibilang sebagai tren “pengurangan konsumsi”. Sekitar 25% menyatakan mereka mengurangi barang-barang yang dimiliki selama 12 bulan terakhir, lebih memilih untuk fokus pada konsumsi yang bijak dan tepat guna. Ini menggambarkan adanya kesadaran baru bahwa memiliki banyak barang bukan lagi sumber kebahagiaan bagi sebagian orang.

Di sisi lain, konsumsi berlebihan atau dorongan untuk selalu punya barang terbaru juga menarik perhatian. Menariknya, ternyata hanya sedikit konsumen Indonesia yang mengidentifikasi diri sebagai pembeli impulsif (12%) atau sebagai pengadopsi awal (7%) yang ingin langsung punya barang saat pertama kali rilis.

Setengah dari pembeli impulsif ini bahkan sering merasa menyesal dengan pembelian yang mereka lakukan dalam setahun terakhir. Dan kalau dilihat dari gender, pria ternyata lebih banyak yang merasa menyesal akibat pembelian impulsif dibandingkan perempuan.

BACA JUGA: YouGov: Tokopedia Jadi Brand Paling Direkomendasikan Konsumen Tahun Ini

Berdasarkan hasil riset ini, kira-kira apa sih, ada banyak pelajaran penting yang bisa diambil oleh merek. Meskipun konsumen Indonesia cukup antusias dan vokal di media sosial, mereka mulai semakin bijak dalam berbelanja.

Konsumen Indonesia kini lebih perhatian pada dampak lingkungan dari barang yang mereka beli, kualitas produk yang tahan lama, hingga pentingnya pengaturan anggaran yang baik. Bagi merek, ini berarti mereka harus terus beradaptasi agar bisa tetap relevan dan dipercaya di tengah perubahan sentimen konsumen yang dinamis. Dengan pola konsumsi yang makin beragam ini, merek-merek harus jeli memahami setiap segmen konsumen dan terus berinovasi agar tetap sesuai dengan ekspektasi mereka yang terus berkembang.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS