Iklim ekonomi sangat menentukan serapan ruang perkantoran. Jika pertumbuhan ekonomi sesuai harapan, kantor-kantor akan penuh diisi oleh perusahaan yang melakukan ekspansi. Namun, nampaknya, ruang kantor akan terus lesu sampai tahun depan.
Pasalnya, belum ada perubahan yang cukup signifikan di sektor perkantoan di Jakarta. Kondisi yang ada saat ini merefleksikan kondisi yang terjadi pada kuartal sebelumnya.
Perkiraan Colliers International Indonesia dalam laporan kuratal ketiganya menyatakan, sampai akhir tahun 2018, tingkat hunian ruang kantor akan terus turun. Salah satu penyebabnya, proyeksi suplai yang begitu besar sekitar 600 ribu m2 di kawasan Central Business District (CBD) Jakarta. Sementara di luar kawasan CBD, pasokan baru menembus 172.569 m2.
Adapun pasokan kantor baru di kawasan CBD Jakarta secara akumulasi pada periode tahun 2017-2018 mencapai 960 ribu m2. Akan tetapi, baru 620.000 m2 yang telah teresap. Namun, meski sudah terserap, catatan Colliers per kuartal tiga ini, baru sekitar 52%-nya yang telah ditempati. Sisanya, masih kosong melompong.
Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers International Indonesia mengatakan, penting bagi bangunan-bangunan kantor yang baru mulai dibangun untuk memperoleh komitmen awal dari calon penyewa untuk menempati ruang kantor itu.
“Jangan sampai kantor yang sudah beroperasi satu-dua tahun, tetapi masih kosong. Sehingga ini memberatkan operating cost, apalagi bagi kantor yang okupansinya di bawah 60%,” papar dia.
Sepinya kegiatan sewa menyewa, ditambah dengan terus bertambahnya pasokan gedung baru, membuat okupansi perkantoran baik di CBD Jakarta dan non-CBD akan terkerek turun. Pada kuartal ketiga tahun ini, okupansi kantor CBD sebesar 82,8%. Menurut proyeksi Colliers, pada akhir tahun, okupansi akan turun 3,5%-4% menjadi di bawah 80%.
“Proyeksi kami, suplai yang akan masuk pada akhir tahun 2018 lumayan banyak. Sehingga, terjadi ketidakseimbangan. Akan tetapi, pasokan pada tahun 2019 akan mulai menurun. Diharapkan okupansi akan naik kembali,” papar dia.
Editor: Sigit Kurniawan