Rumah Produksi Korea Ekspansi Bisnis Perfilman Indonesia

marketeers article

Bisnis perfilman Tanah Air telah mengalami siklus yang cukup beragam, dan abad ke-21 menunjukkan perkembangan yang besar atas bisnis industri ini. Pergerakan positif industri film di negara ini nyatanya menarik investor asing untuk menanamkan modal mereka. Sonamu Cine House asal Korea menjadi salah satu bukti ketertarikan investor asing untuk menggarap pasar Indonesia dengan meluncurkan film romantika bersentuhan Korea-Indonesia di awal tahun ini.

Data dari FilmIndonesia.or. id menunjukkan jumlah produksi film di Indonesia terus meningkat. Dari 87 film yang diproduksi pada 2010 menjadi 129 di 2016. Meski jumlah film yang bertambah dari 2015 (121) hanya sebesar delapan film, namun COO and Director Sonamu Cine-House Yongsoo Kennt Kim mengatakan jumlah penonton film Indonesia justru melonjak tiga kali lepat.

“Dari sekitar 10 juta  penonton di 2015 menjadi 30 juta penonton di 2016. Kami melihat orang Indonesia mulai menyukai film dalam negeri mereka. Ini adalah peluang yang cukup bagus,” jelas Kennt dalam gelaran Jakarta Marketing Week di Mall Kota Kasablanka, Jumat (04/05/2018).

Lepas dari hal itu, Kennt mengatakan langkah Presiden Joko Widodo mengundang para investor asing untuk menanamkan modal ke dalam negeri memang cukup berani. Ia meyakini, hal ini dikarenakan terdapat tiga hal yang membuat sebuah negara dapat menjadi super power.

 Land and resources, people or power, and capital adalah tiga hal penting untuk menjadi negara yang kuat. Indonesia memiliki letak geografis yang luas dan strategis dengan jumlah Sumber Daya yang melimpah. Dengan masuknya modal ke Indonesia yang melimpah, Indonesia bisa menjadi super power,” jelas Kennt.

Pendekatan lokal telah dicoba untuk dilakukan Sonamu. Mereka memutuskan untuk memulai langkah dengan menggarap film romantika anak muda Indonesia dan Korea. Hal ini bukan tanpa alasan. Mereka mengacu pada data yang ditemukan FilmIndonesia.or.id, di mana sebesar 40% orang Indonesia menyukai drama atau romantika, 40% lain menyukai komedi, sedangkan action sebesar 13%, dan horror 7%.

Dengan menggandeng bintang asal Korea Selatan dan Indonesia,serta melibatakan kolaborasi penulis, director, dan kru dari kedua negara ini, film pertama produksi Sonamu berjudul Forever Holiday in Bali telah tayang di bioskop Indonesia, Januari lalu.

“Kini, kami tengah mempersiapkan menggarap tiga film dengan genre sejarah Indonesia, horror, dan komedi yang kami targetkan untuk dirilis pada awal tahun mendatang,” terang Kennant yang optimistis meraih sukses dalam tiga film terbaru ini.

Kira-kira, akankah Sonamu berhasil meraih sukses dalam menggarap industri perfilman Indonesia dengan melibatkan konten Korea dan lokal?

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related