Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah sebesar 37 basis poin di level Rp 15.592 pada perdagangan 16 Januari 2024. Pelemahan rupiah diperkirakan masih akan terjadi pada perdagangan besok antara Rp 15.640 hingga Rp 15.570.
Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka menuturkan, pelemahan rupiah terjadi lantaran menguatnya tanda-tanda ekonomi yang membuat The Fed memiliki banyak ruang untuk mempertahankan tingkat suku bunga lebih tinggi dalam waktu yang lama. Kondisi ini menjadi faktor eksternal yang memengaruhi kondisi rupiah.
Saat ini, fokus para pedagang pun tertuju pada data produk domestik bruto (PDB) kuartal IV tahun 2023 yang akan dirilis pada Rabu pekan depan.
BACA JUGA: Dampak Stabilisasi Rupiah dan Bayar Utang, Cadangan Devisa RI Turun
“PDB di AS diperkirakan sedikit melampaui target tahunan pemerintah sebesar 5% pada tahun 2023. Ini sebagian besar disebabkan oleh basis perbandingan yang lebih rendah dibandingkan tahun 2022,” kata Ibrahim melalui keterangannya, Selasa (16/1/2024).
Sedangkan dari dalam negeri, pelemahan rupiah terjadi lantaran terus meningkatnya utang luar negeri yang mencapai US$ 400,9 miliar atau Rp 6.230 triliun (kurs Rp 15.540 per dolar AS) pada November 2023. Bank Indonesia (BI) mengklaim posisi utang luar negeri ini tetap terkendali.
BACA JUGA: Pemakaian Rupiah dalam Transaksi dengan Negara Mitra Terus Didorong
Adapun posisi utang luar negeri per November 2023 ini tercatat naik 2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Perkembangan utang luar negeri terutama disebabkan oleh peningkatan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional dalam bentuk Sukuk Global, seiring sentimen positif kepercayaan pelaku pasar sejalan dengan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz
