Rupiah Kembali Terperosok 50 Poin di Level Rp 15.643

marketeers article
Ilustrasi nilai tukar rupiah. (Sumber gambar: 123RF)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah 50 basis poin di level Rp 15.643 pada perdagangan 17 Januari 2024. Tren negatif ini diperkirakan masih terjadi hingga besok yang berada di rentang Rp 15.630-Rp 15.690.

Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka menuturkan pelemahan rupiah disebabkan lantaran adanya potensi The Fed menunda penurunan tingkat suku bunga di AS. Berdasarkan alat CME Fedwatch, pedagang terlihat sedikit mengurangi spekulasi mereka terhadap penurunan suku bunga bank sentral pada bulan Maret 2024.

BACA JUGA: Dampak Stabilisasi Rupiah dan Bayar Utang, Cadangan Devisa RI Turun

“Setiap tanda-tanda kekuatan ekonomi AS, khususnya belanja konsumen, memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama,” kata Ibrahim melalui keterangannya, Rabu (17/1/2024).

Menurutnya, faktor lain yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah, yakni rilis produk domestik bruto (PDB) Cina pada kuartal IV tahun 2023. Hal itu sedikit lebih rendah dari perkiraan, yakni sebesar 5,2%. 

Negara dengan ekonomi terbesar di Asia ini masih berjuang untuk menopang pertumbuhan dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19, di tengah tekanan yang terus-menerus dari belanja konsumen yang lemah, lesunya investasi swasta, dan krisis sektor properti yang sedang berlangsung.

BACA JUGA: Coldplay Konser di Jakarta, Ekonom: Tidak Berdampak bagi Nilai Rupiah

Sementara itu, dari dalam negeri pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan karena Bank Indonesia (BI) yang juga masih menahan tingkat suku bunga di level 6% pada Januari 2024. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, diputuskan untuk menahan suku bunga acuan seiring dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stabilitas.

“Selain itu, ini merupakan langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3% plus minus 1% pada 2023 dan 2,5% plus minus 1% pada tahun 2024,” ujarnya.

Ibrahim menambahkan faktor lainnya adalah perkembangan ekonomi terus menunjukkan ketahanan. Tingkat inflasi misalnya, terkendali dan tercatat rendah sebesar 2,61% pada akhir 2023.

Kemudian, surplus perdagangan Indonesia bertahan hingga akhir 2023, yang mana pada Desember mencapai US$ 3,3 miliar, naik dari US$ 2,4 miliar bulan sebelumnya. Berlanjutnya surplus perdagangan tersebut berhasil mendukung cadangan devisa yang mencapai US$ 146,4 miliar pada akhir 2023.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS