Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terperosok tajam sebesar 76 basis poin di level Rp 15.713 pada perdagangan 24 Januari 2024. Pelemahan rupiah diperkirakan masih terjadi hingga besok di level Rp 15.700 hingga Rp 15.750 per US$.
Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang sekaliggus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka menuturkan terpuruknya nilai tukar rupiah terjadi karena The Fed yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan suku bunga. Greenback menandai awal yang kuat pada tahun 2024 karena data inflasi dan pasar tenaga kerja yang kuat di AS membuat para trader sebagian besar mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal.
BACA JUGA: Dampak Stabilisasi Rupiah dan Bayar Utang, Cadangan Devisa RI Turun
“Pelaku pasar sangat menantikan rilis purchasing manager index (PMI) awal hari ini dan laporan produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis besok. Indikator-indikator ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai kesehatan perekonomian AS dan berpotensi mempengaruhi sikap Federal Reserve terhadap kebijakan suku bunga,” kata Ibrahim melalui keterangannya, Rabu (24/1/2024).
Faktor lain yang memengaruhi pelemahan rupiah, yakni Cina yang merencanakan paket dukungan terhadap saham-saham lokal sebesar 2 triliun yuan atau setara US$ 278 miliar. Tujuannya untuk memperkuat dukungan bagi perekonomian Cina.
BACA JUGA: Coldplay Konser di Jakarta, Ekonom: Tidak Berdampak bagi Nilai Rupiah
Selanjutnya, dari dalam negeri pelemahan terjadi karena ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2023 yang berada di kisaran 5%. Pertumbuhan ditopang oleh sektor industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan, dan konstruksi.
Meski demikian, dari lima sektor tersebut, sektor perdagangan mengalami pelemahan. Kemudian, sektor lainnya masih cukup resilience termasuk pertanian, pertambangan dan manufaktur.
Editor: Ranto Rajagukguk
