Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata Republik Indonesia sudah mencanangkan sepuluh destinasi pariwisata prioritas. Predikat prioritas artinya mendapat perhatian lebih dalam hal pembangunan dan pengembangan destinasi.
Kesepuluh destinasi itu, antara lain Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu, Kota Tua di DKI Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Lombok, Labuan Bajo Komodo di NTT, Wakatobi di Sulawesi Utara, dan Morotai di Maluku Utara.
“Perkembangan yang paling kentara dari sepuluh destinasi itu adalah Danau Toba. Saat ini, danau ini dikelola oleh Badan Otorita Danau Toba. Dari sisi akses, sudah ada Bandara Silangit yang berstatus internasional. Langsung atau tidak langsung, bandara ini menjadi daya tarik sendiri untuk Danau Toba. Kunjungannya pun bisa lebih terukur,” ujar Dadang Rizki Ratman, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dalam Program 15 Minutes With Marketeers.
Progress lain, sambung Dadang, juga terjadi di destinasi lainnya, seperti Mandalika, Wakatobi, dan sebagainya. Dadang menambahkan, sejak awal, kementerian menerapkan konsep single destination, single management untuk kesepuluh destinasi prioritas tersebut.
“Dengan adanya sepuluh destinasi pariwisata prioritas ini, kami berharap bisa menambah kunjungan 10 juta wisatawan mancanegara. Dengan ini, target tahun 2019 dengan 20 juta wisatawan tercapai,” kata Dadang.
Selain pembangunan infrastrukur sebagai pendukung aksesibilitas, Dadang menambahkan atraksi dan amenitas. Terkait amenitas, kami bekerjasama dengan pemerintah setempat melakukan gerakan sadar wisata ke masyarakat, termasuk pelatihan bagi talent-talent yang bertugas di industri pariwisata,” ujar Dadang.
Yang tak kalah penting dalam pengembangan destinasi wisata adalah prespektif sustainable tourism. Di sini, fokusnya tidak hanya pembangunan destinasi dengan infrastruktur, menarik sebanyak-banyaknya jumlah wisatawan, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan, budaya, dan alam.
“Dengan bekerjasama dengan banyak pihak, kami mengembangkan sustainable tourism observatory yang dilanjutkan dengan sustainable tourism sertification. Pada tahun 2016, kami melakukan pilot project di sekitar Danau Toba, Borobudur, dan Lombok Mandalika. Jadi, pada tahun 2016, ada 20 kabupaten kota yang ikut program ini,” kata Dadang.
Dadang mengatakan, sustainable tourism ini sangat penting agar aktivitas turisme tidak merusak lingkungan, tetapi justru turut melestarikannya. “Kami di pariwisata memiliki semboyan: semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. Selain alam, yang dilestarikan adalah kebudayaan atau sosial budaya, termasuk juga manfaatkan ekonomi,” katanya.
Apa saja langkah konkret Kemenpar dalam membangun sustainable tourism ini? Simak selengkapnya di video besutan Marketeers TV yang juga bisa Anda akses di kanal YouTube.