Pada November 2010, Unilever mengumumkan Unilever Sustainable Living Plan (USLP), yang menetapkan komitmen dan target perusahaan tentang praktik kerja yang berkelanjutan. Rencana ini tidak hanya penting bagi strategi bisnis perusahaan, tetapi juga menjadi model bisnis baru bagi Unilever. Berbagai forum pun dibentuk Unilever untuk mendukung visi tersebut, salah satunya Indonesia Hygiene Forum (IHF)
USLP menyangkut tiga peran, yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. IHF didesain dalam mendorong perusahaan untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan. Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk Hemant Bakshi mengatakan, forum ini akan menjadi jembatan bagi banyak stakeholder, antara lain pemerintah, pelaku usaha, akademisi, LSM, dan masyarakat untuk bersama-sama mendiskusikan dan mencari cara terabik menyelesaikan problem kebersihan tanah air.
“Indonesia agar bisa bersama-sama meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pendekatan edukasi dan ilmu pengetahuan,” kata Bhaksi di Thamrin Nine, Senin, (23/4/2018).
Indonesia Hygiene Forum (IHF) merupakan salah satu tujuan USLP, sebuah strategi bisnis untuk menumbuhkan bisnis seraya mengurangi separuh dampak lingkungan yang ditimbulkan dan meningkatkan dampak sosial bagi masyarakat. Salah satu tujuan USLP meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan 1 miliar orang pada tahun 2020.
Selain itu, perusahaan Belanda-Inggris ini juga bertekad mengurangi separuh jejak lingkungan dari produknya, menggunakan 100% sumber bahan baku dari pertanian yang mengadopsi praktik berkelanjutan.
Target miliaran orang bukan hanya menjangkau mereka dengan produk massif seperti sabun dan pasta gigi. Ini juga mengenai bagaimana perusahaan membantu orang untuk mengubah perilaku mereka memiliki kebiasaan sehat, misalnya dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir.
Merek sabun Lifebuoy yang dijual di 55 negara berkembang diyakini telah mengubah perilaku satu miliar orang. Merek ini menunjukkan kepada masyatakat akan manfaat kesehatan dari mencuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting, seperti sebelum makan atau setelah pergi ke toilet. Cara ini berpotensi mengurangi penyakit diare sebesar 25% dan infeksi pernafasan akut yang menjadi dua pembunuh terbesar anak-anak balita. Selain itu, Unilever mengaku cara ini dapat meningkatkan kehadiran di sekolah hingga 40%.
Wani Devita Gunardi, Ketua Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) DKI dan Dokter Ahli Mikrobiologi Klinis mengungkapkan, berdasarkan data Ditjen P2P tahun 2016, ada 6,8 juta kasus penyakit diare yang berhasil tertangkap di Indonesia. Angka tersebut masih dapat ditekan jika masyarakat mengetahui penyebab dan cara pencegahan penyakit akibat pola hidup tidak higienis.
“Bakteri berbahaya ada di sekitar kita, bahkan rumah yang kita anggap bersih, bisa saja menjadi sumber penyakit. Karena itu, dibutuhkan perhatian yang lebih besar untuk mengedukasi masyarakat terkait masalah higienitas ini,” katanya.
Editor: Eko Adiwaluyo