Selain dikenal sebagai seorang musisi, Melanie Subono dikenal sebagai aktivis sosial yang sangat peduli pada isu hak asasi manusia, termasuk hak anak-anak. Melanie mengatakan, kondisi anak-anak di Indonesia sangat menyedihkan. Mei lalu, ia mengadvokasi anak ke-24 yang meninggal di lubang tambang yang sama di Kalimantan. Ini menunjukkan kalau kasus-kasus yang menyerang anak-anak belum mendapat perhatian serius.
Bukan hanya itu, Melanie memandang kesejahteraan para ibu pun belum terpenuhi. Ia menceritakan kisah lain yang pernah ia temui di lapangan. Ia pernah membantu di satu area di mana ibu yang ingin melahirkan harus berjalan 9-10 kilometer demi mengambil air yang digunakan untuk membersihkan bayinya. Melanie menyayangkan keadaan tersebut masih terjadi di Tanah Air.
“Saya melihat pemerintah Indonesia lebih melihat aset negara itu sumber daya alam. Mengeruk sumber daya alam dan lupa dengan sumber daya manusia,” kata Melanie yang merupakan UNICEF YWN Champions for Children kepada Marketeers.
Masalah inti negara ini, sambung Melanie, adalah kemiskinan. Perdagangan anak, anak putus sekolah, hingga kesehatan mereka hancur pangkalnya karena kemiskinan. “Maka solusinya agar keluar dari kemiskinan ini, pemerintah harus mulai melihat aset negara itu sumber daya manusia, bukan sumber daya alam,” tegas Founder Rumah Harapan ini.
Menurutnya, pemerintah masih tutup mata dengan permasalahan yang terjadi. Pemerintah dianggap baru bergerak ketika netizen teriak, contohnya pada kasus kekerasan seksual yang dialami YY. “Saya termasuk orang yang mem-blow up kasus selama sembilan tahun terakhir ke media. Setelah itu, barulah pemerintah panik dan berbuat sesuatu. Yang saya tanyakan, kenapa mereka menunggu kami berkoar-koar,” tuturnya.
Selama sembilan tahun terjun ke lapangan memperjuangkan kesejahteraan sosial, Melanie menyambut baik gerakan-gerakan yang banyak bermunculan. Melanie sangat mendukung gerakan tersebut karena semakin banyak orang yang terlibat, maka diharapkan pengaruhnya pun semakin luas.
“Gerakan-gerakan itu bagus. Kita tidak bisa bergerak hanya dengan dua tangan, bukan? Jadi, jangan menunggu pemerintah gerak. Walaupun hanya bisa menyumbang 10 buku jauh lebih bagus daripada orang yang punya uang miliaran tapi tidak gerak,” tandas Melanie.