Upaya mendongkrak industri pariwisata tidak boleh melupakan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menjadi salah satu penyokongnya. Namun, para pelaku UKM bukanlah orang-orang yang mengandalkan dana dan bantuan. Mereka merupakan entrepreneur yang tak mau kalah dengan keadaan. Hal ini disampaikan oleh Reza Permadi, Founder Atourin dalam webinar Planet Tourism Indonesia 2020 bertajuk Accelerating Tourism SMEs Development, Rabu (29/7/2020).
“Para pelaku UKM di sektor pariwisata hampir selalu berbangga karena mereka bisa mandiri. Mereka jarang sekali meminta bantuan. Mereka mampu bergerak secara dinamis,” ujar Reza.
Meski demikian, Reza tak menampik kenyataan bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada anjloknya penjualan dan pendapatan mereka. Namun, platform digital diklaim cukup membantu mereka untuk tetap bertahan. Maklum, pandemi telah membatasi orang untuk berwisata dan ini berdampak pada bisnis para pelaku UKM di sektor pariwisata tersebut.
“Untungnya, kami masih tertolong dengan teknologi digital. Kami mulai memperkenalkan virtual tour untuk mengenal tempat-tempat wisata. Ini bukan untuk substitusi destinasi, melainkan sebagai media promosi tempat wisata dan bila pada saatnya nanti pandemi mereda, mereka tertarik untuk mengunjunginya,” katanya.
Seperti tur sesungguhnya di tempat wisata, tur virtual ini juga melibatkan para pemandu wisata. Untuk itu, pihaknya mengundang para pemandu wisata untuk menjalani pelatihan menggunakan teknologi digital. “Di sini, kami juga menggandeng para pelaku UKM, khususnya yang memiliki usaha oleh-oleh untuk turut berpromosi. Ini menjadi salah satu cara kami mendukung UKM sembari meyakinkan mereka bahwa ini saat tepat untuk go digital,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Andi Yuwono, Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi). Menurutnya, UKM di pedesaan selama ini cukup mandiri dan mampu bertahan di tengah pandemi ini. Mereka tidak menggantungkan diri pada uluran tangan pemerintah. “Kami sekarang sedang menunggu kepastian kapan desa wisata bisa dibuka kembali. Saat ini, kami sudah siap dengan penerapan protokol kesehatan yang berlaku,” kata Andi.
Ia menambahkan, masa pandemi ini, justru dimanfaatkan oleh para pengelola desa wisata untuk mempersiapkan diri. Mereka, sambung Andi, memanfaatkan masa ini untuk membenahi banyak hal. Termasuk mempersiapkan wisata desa yang nyaman dan aman sesuai protokol kesehatan, tanpa harus merusak identitas desa, kearifan lokal, dan keasliannya.
“UKM desa secara makro mungkin terpuruk. Namun, secara mikro, mereka justru saling bahu membahu agar usaha mereka tetap jalan. Saat ini, justru menjadi saat untuk mempersiapkan diri untuk pariwisata,” katanya.