Membicarakan smartphone tentu tidak akan bisa tanpa menyebutkan nama Samsung. Produsen smartphone asal Korea Selatan ini sudah mendapatkan tempat di hati para konsumennya, baik di Indonesia dan di seluruh penjuru dunia.
Sebagai pionir dalam industri smartphone, Samsung memiliki kewajiban dalam menghadirkan inovasi-inovasi terkini. Salah satu contohnya, ketika Samsung memperkenalkan konsep infinitf display melalui seri Galaxy S8, sontak konsep tersebut menjadi standar baru dalam industri smartphone global.
“Inovasi kami selalu berusaha untuk relevan dengan konsumen. Kami sebagai leader memiliki beban yang berat untuk bisa menggiring market,” ujar Semidang, Corporate Marketing Director Samsung Electronics Indonesia.
Meski menghadirkan beragam inovasi canggih dalam rentetan produknya, Samsung tidak melupakan beragam fitur dasar dalam sebuah smartphone. Fitur yang terkadang terkesan remeh, justru ditonjolkan oleh Samsung. Semisal fitur Signal Max, Ultra Data Saving, dan Ultra Power Saving.
“Walau fitur itu merupakan fitur dasar, tapi konsumen menerimanya sebagai take it for granted. Konsumen baru merasa ketika mereka tidak mendapatkan sinyal. Kami ingin memastikan bahwa kebutuhan dasar tersebut bisa terpenuhi,” jelas Jo.
Bagi Jo, hal-hal dasar ini yang membuat Samsung menjadi sering direkomendasikan oleh konsumennya. Di samping fitur dasar tersebut, Samsung melengkapinya dengan inovasi serta kualitas dari produknya. Samsung juga memperkuat layanan after sales sehingga konsumen tetap memiliki ikatan dengan brand Samsung.
“Hubungan konsumen dengan brand itu tidak hanya saat membeli atau sebelum beli,” ujar Jo.
Samsung menginginkan hubungan yang baik dengan konsumennya sebagai loyal consumers. Oleh sebab itu layanan after sales menjadi persyaratan utama agar konsumen tetap loyal. Samsung menjanjikan pelayanan yang cepat dan menjadi bagaian dari solusi permasalahan konsumennya. Bahkan, Samsung membuat layanan khusus bagi para konsumen prioritasnya yang menggunakan produk flagship.
“Ketika konsumen menjadi happy customers, maka konsumen tersebut akan menjadi influencer. Melalui positive word of mouth, kami ingin membuktikan bahwa kami ada di sisi konsumen tidak hanya di saat senang, tapi juga di saat susah,” pungkas Jo.