Sariayu Akhirnya Genjot Bisnis Jamu

marketeers article
Ilustrasi obat herbal. Sumber gambar: 123rf.

Ekspansi bisnis Sariayu tidak melulu pada produk kosmetik dan perawatan kulit. Pasalnya, pada semester kedua tahun ini, Sariayu akan serius menggarap pasar jamu dengan meluncurkan Jamu Sari Ayu sebagai jalan dalam memperkuat laju bisnisnya di Tanah Air.

Brand Manager Sariayu Skincare & Bodycare Meicy Laurencia menjelaskan, Sariayu sebagai merek yang hadir sejak tahun 1977 memiliki varian produk yang beragam alias head to toe (dari rambut hingga ujung kaki). Seluruh produk itu dipilah berdasarkan fungsinya, antara lain haircare (perawatan rambut), skin care (perawatan kulit), body care (perawatan tubuh), based make up (tata rias dasar), decorative make up (tata rias dekoratif), serta jamu. Untuk bagian yang terakhir disebutkan, Meicy masih enggan untuk menyebut tanggal pasti kapan produk jamu Sariayu tersebut diluncurkan secara resmi ke pasar.

“Kami percaya, cantik itu tidak hanya didapat dari perawatan luar tubuh, melainkan juga dari dalam tubuh, salah satunya melalui jamu. Produk jamu kami tidak berbentuk bubuk, melainkan sudah dikemas modern berbentuk kaplet. Selain mengikuti perkembangan teknologi, bentuk kaplet sangat praktis untuk dikonsumsi di era modern ini,” tuturnya ketika ditemui di acara konferensi pers Indonesia Marketeers Festival ke-3, di Philip Kotler Theater, Jakarta, Selasa (24/3/2015).
 
Adapun jamu yang akan dipasarkan antara lain rangkaian jamu slimming series alias jamu pelangsing tubuh, kaplet susut perut untuk menyusutkan lemak dalam tubuh, kaplet kelangking singset untuk membentuk tubuh kurus ideal, kaplet Wulandari untuk kesuburan janin, dan kaplet jerawat.
 
“Kami menargetkan kontribusi jamu terhadap pendapatan merek Sariayu sebesar 10% selama setahun beroperasi. Target konsumen jamu kami sama dengan konsumen Sariayu yaitu perempuan berusia 20 hingga 35 tahun yang peduli kesehatan,” paparnya.
 
Sampai saat ini, bisnis jamu Sariayu menelan investasi sebesar Rp 20 miliar yang digunakan salah satunya untuk membangun pabrik seluas 1 hektare di kawasan Cikarang. Di samping pabrik itu, Martina Berto juga menggarap lahan seluas 3 hektare yang nantinya bakal ditanami tanaman herbal untuk digunakan sebagai bahan baku jamu mereka.
 
Martina Berto pun menyatakan bahwa kontribusi jamu sejatinya masih minim terhadap total pendapatan perseroan, yaitu sebesar 2%. Sebelumnya, manajemen perusahaan bertekad mencetak pendapatan tahun 2014 sebesar Rp 650 miliar dan laba bersih Rp 15 miliar. Pada tahun 2015, target pendapatan diharapkan meningkat menjadi Rp 708,5 – 715 miliar. Setengah dari angka itu disokong oleh pendapatan merek Sariayu. Mengacu pada target tersebut, capaian pendapatan lini jamu Sariayu selama setahun peluncurannya berkisar Rp 14,17 – 14,30 miliar.

Related

award
SPSAwArDS