Industri Makanan dan Minuman (Mamin) merupakan pasar yang potensial di berbagai belahan dunia. Terlebih, pertumbuhan penduduk global terus meningkat dari tahun ke tahun. Memboyong sektor ini ke pasar internasional tentu dapat memacu pertumbuhan ekspor yang berdampak pada kondisi perekonomian.
Bukan hanya pasar Asia, Indonesia pun perlu menggarap pasar Eropa mengingat besarnya perbedaan jenis mamin yang dihasilkan. Lantas, seberapa besar pasar mamin kita di Eropa saat ini?
Dipilih menjadi salah satu sektor andalan di Indonesia, industri mamin diyakini berkontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Potensi pasar ini diyakini kian kuat mengingat proyeksi Department of Economic and Social Affairs United Nations yang memperkirakan jumlah populasi penduduk global pada 2050 akan menembus sembilan miliar penduduk. Ini berarti akan ada 60% peningkatan pasokan makanan global di tahun tersebut.
Menilik beberapa tahun ke belakang, posisi Indonesia di pasar Eropa masih mendominasi sebagai importir, bukan eksportir. Data UN COMTRADE mengenai Top 10 Exporters and Importers of Food and Drink Products in Europe (2015) menunjukkan Indonesia masih menjadi pasar ekspor terbesar ke-enam bagi Eropa dengan nilai mencapai US$27 miliar.
Namun, posisi Indonesia sebagai importir Eropa belum berhasil masuk ke dalam 10 besar. Guna menggenjot nilai ekspor nasional, implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 pun perlu dipastikan berjalan dengan baik.
“Selain mendorong peningkatan mutu serta pengembangan inovasi dan teknologi terbaru, kami kini berupaya memfasilitasi pelaku industri nasional termasuk produsen mamin untuk semakin memperluas pangsa pasar dan aksesnya ke rantai suplai dunia sehingga dapat mendongkrak kinerjanya,” kata Plt. Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Ngakan Timur Antara di Jakarta, Minggu (28/10/2018).
Kemenperin optimistis, implementasi Making Indonesia 4.0 mampu mengatrol ekspor mamin olahan nasional hingga empat kali lipat, dari target tahun ini sekitar US$12,65 miliar yang akan menjadi sebesar US$50 miliar pada 2025. “Apabila nilai ekspor produk mamin, juga dihitung termasuk minyak kelapa sawit pada tahun 2017 mencapai US$31,7 miliar,” ungkap Ngakan.
Ia menambahkan, para pelaku industri pun dapat turut aktif mengikuti beragam program yang dijalankan pemerintah, antara lain mengikuti seleksi mengikuti pameran di dalam dan luar negeri.
“Belum lama ini, kami menjalin kerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris. Sebanyak 18 pelaku usaha makanan dan minuman dari Indonesia dapat tampil pada ajang Salon International de l’Alimentation (SIAL) Paris 2018. Ini kesempatan yang sangat bagus, karena merupakan salah satu pameran Business to Business (B2B) terbesar di dunia. Selain itu, sebagai bentuk nyata dukungan pemerintah kepada industri mamin nasional untuk mengembangkan aksesnya ke pasar internasional,” imbuh Ngakan.
Per 2017, nilai ekspor produk mamin Indonesia ke Eropa berdasarkan catatan Kemenperin mencapai US$14 miliar. Sementara periode Januari-Juli 2018, ekspor produk makanan dan minuman Indonesia ke Perancis pada tahun 2017 sebesar USD 8,21 juta.
Hal ini perlu dipacu lebih cepat mengingat Indonesia memiliki potensi bahan baku yang bergam untuk memproduksi mamin. Hasil produksi mamin yang dihasilkan pun berbeda dengan produksi mamin Eropa. Ini berarti, ada peluang besar bagi Indonesia untuk menempati kekosongan tersebut.
Editor: Eko Adiwaluyo