Kondisi pandemi selama setahun terakhir, jelas mengubah berbagai aktivitas masyarakat termasuk bekerja. Memahami adanya perubahan dari lanskap dunia kerja, Colliers International Group Inc. merilis insight bertajuk Transformasi Area Kerja.
“Efisiensi biaya hunian dan pelaksanaan bekerja dari rumah (work from home/WFH) tampaknya akan terus berlanjut hingga beberapa tahun ke depan. Sebab itu, hal pertama yang mungkin terjadi adalah negosiasi ulang kontrak sewa dan pengurangan area sewa serta pembaruan sewa lebih awal,” ujar Head of Office Services of Colliers International Indonesia Bagus Adikusumo.
Insight pasar dari Colliers hadir untuk menjawab bagaimana perusahaan mengubah budaya kerja serta menyesuaikan strategi operasional perusahaan agar dapat bertahan. Dalam masa yang tidak pasti, perusaan perlu mengadopsi strategi yang tepat dan sejalan dengan prospek bisnis dan sumber daya yang tersedia.
Penerapan (work from home) WFH dari perusahaan untuk alasan kesehatan dan keselamatan membuat sejumlah perusahaan menyadari bahwa dengn memanfaatkan teknologi, bisnis dapat terus beroperasi tanpa mengharuskan semua karyawan hadir langsung di kantor. Hal ini pun membuat perusahaan mempertimbangkan kebutuhan ruang kantor.
Secara umum, banyak perusahaan yang menghadapi situasi ruang kantor tidak dimanfaatkan secara maksimal akibat pandemi COVID-19 dan memaksa karyawannya untuk menerapkan strategi bekerja dari rumah. Banyak perusahaan mencoba mengurangi ruang kantor mereka dan melakukan negosiasi ulang dengan pemiliknya, beberapa berhasil mencapai kesepakatan dalam negosiasi ulang dan beberapa tidak.
“Transformasi area kerja tidak hanya berpengaruh pada sewa kantor, tetapi juga pengaturan aktivitas kerja. Dan, untuk menentukan area kerja baru yang optimal membutuhkan strategi transformasi dengan analisis aktivitas dari berbagai departemen,” ujar Head of Project Management Colliers International Indonesia Hendry Sugianto.
Selain kebijakan WFH, hal yang memengaruhi kebutuhan ruang kantor adalah perubahan tata letak area kerja. Tata letak ini berpengaruh pada keputusan apakah perusahaan masih perlu ruang tertutup atau ruang terbuka.
Tidak sedikit perusahaan yang mulai memiliki kantor terbuka, sehingga para eksekutif hingga dewan direksi tidak memiliki kantor yang tertutup. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan hambatan dan menghadirkan komunikasi yang lebih baik antara pemimpin dengan anggota timnya.
Perkembangan terus terjadi karena adanya penyesuaian terhadap aktivitas bekerja. Hal ini kemudian memunculkan istilah agile workplaces dan menyebabkan kemungkinan gedung pekantoran akan terbagi menjadi beberapa tipe.
Mulai dari tipe sewa tradisional, ruang kerja bersama yang dikelola sendiri, hingga ruang kerja bersama yang dikelola pihak luar. Namun, terlepas dari berbagai tipe gedung perkantorannya, area kerja yang ideal harus menyediakan berbagai pengaturan kerja yang bisa memfasilitasi konsentrasi serta kolaborasi antarkaryawan dan mendukung karyawan menyelesaikan pekerjaan individu.
Editor: Eko Adiwaluyo