Industri Pariwisata diyakini sebagai kunci pembangunan dan kesejahteraan. Bahkan, pariwisata jadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini dikatakan Shana Fatina, representatif tim Percepatan Pengembangan 10 Destinasi Wisata Prioritas Kementerian Pariwisata dalam Wonderful Startup Academy di Smesco, Jakarta, Kamis (26/1/2017).
Shana mengatakan pariwisata merupakan lini sektor yang penting bagi Indonesia. Pariwisata juga menjadi sektor yang memiliki daya saing tinggi dibanding sektor lain yang mampu mengharumkan nama Indonesia.
“Apabila diadu soal teknologi, Indonesia mungkin tidak bisa mengungguli Amerika. Namun, jika bicara pariwisata, maka Indonesia berpeluang besar untuk unggul dibanding negara-negara lain, bahkan menjadi nomor satu,” kata Shana.
Tahun lalu, Kemenpar membuat 10 destinasi prioritas alias 10 Bali barunya Indonesia. Kesepuluh destinasi tersebut yaitu Mandalika, Pulau Morotai, Tanjung Kelayang, Danau Toba, Wakatobi, Borobudur, Kepulauan Seribu& Kota Tua, Tanjung Lesung, Bromo,Tengger,Semeru, dan Labuan Baju. Melalui destinasi ini, Kemenpar siap menjaring sebanyak 20 juta wisman pada 2019 mendatang.
“Untuk Labuan bajo saat ini sudah ada 1.300 kamar. Kami akan menambah hingga 5.000. Selain itu, kami menargetkan 500 ribu wisman yang datang. Tahun lalu, ada sekitar 150 ribu wisman. Jadi, kami masih ada PR untuk mewujudkan target tersebut,” tambahnya.
Guna mendatangkan wisman, Kemenpar gencar melakukan promosi Wonderful Indonesia di berbagai negara. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah menganggarkan biaya yang tak sedikit untuk menampilkan Wonderful Indonesia di billboard-bilboard di Times Square, New York, taksi-taksi di London, hingga di Tokyo.
Shana mengatakan, tugas Kemenpar adalah promosi, promosi, dan promosi. Inilah sebabnya Kemenpar melakukan beragam cara untuk menginformasika keindahan Indonesia. Salah satunya melalui digital.
“Sekarang, orang-orang tau informasi wisata dari internet.Sebut saja negara tetangga seperti Malaysia yang sudah memanfaatkan ini. Para turis bisa dengan mudah merencanakan wisata mereka mulai dari turun bandara hingga kembali ke bandara. Untuk itu, Indonesia juga harus go digital,” paparnya.
Dalam melakukan promosi online dan offline, Shana mengatakan pentingnya menyampaikan pesan sesuai dengan segmen yang disasar. Pihaknya mempelajari karakeristik turis dari masing-masing negara. Tentu turis asal China dengan turis Singapura berbeda.
“Misalnya untuk menarik turis China, kami ‘menjual’ keindahan pantai, pasti mereka akan senang. Pasalnya, China merupakan negara daratan yang akan antusias melihat keindahan pantai-pantai di Indonesia,” tutupnya.
Editor: Sigit Kurniawan