Seruan aksi bela Palestina telah menggema di seluruh dunia, termasuk di Indonesia pada Minggu (5/11/2023) di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.
Aksi dukungan ini dilakukan menyusul dari tindakan kekejaman Israel yang meluluhlantakkan bumi Palestina dan mengakibatkan ribuan jiwa tewas, termasuk anak-anak.
Terlihat massa aksi yang turun mengenakan pakaian serbaputih dan hitam, dilengkapi berbagai atribut dengan warna selaras bendera Palestina. Salah satu atribut yang turut dikenakan oleh massa aksi adalah scarf kefiyyeh.
Scarf keffiyeh merupakan syal dengan nuansa warna hitam putih dengan motif kota-kotak khas Palestina yang biasanya dikenakan sebagai sorban penutup kepala.
Faktanya, scarf ini bukanlah penutup kepala biasa, karena memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Palestina. Scarf keffiyeh ini menjadi lambang solidaritas terhadap perjuangan dan kampanye kemerdekaan Palestina dari serangan Israel.
BACA JUGA Semangka Jadi Simbol Dukung Palestina, Apa Maknanya?
Tak hanya itu, scarf keffiyeh juga memiliki sejarah yang cukup panjang dan setiap pola dalam kain ini juga syarat akan makna. Lantas, seperti apa sejarahnya? Simak ulasan berikut ini.
Sejarah scarf keffiyeh
Melansir dari laman Middle East Eye, keffiyeh memiliki arti ‘berkaitan dengan Kufah’ yang merujuk pada sebuah kota di Irak yang berada di selatan Baghdad dan terletak sepanjang Sungai Efrat.
Diketahui, kain ini berawal dari abad ketujuh saat terjadi pertempuran antara pasukan Arab dan Persia di dekat Kufah.
Kala itu, orang-orang Arab mengenakan tali dari bulu unta untuk mengamankan penutup kepala dan tanda pengenal bagi pasukan di tengah pertempuran. Setelah pasukan Arab menang, penutup kepala itu tetap dipakai sebagai pengingat kemenangan mereka.
Kemudian, terdapat pendapat lain yang mengungkapkan bahwa kain yang kadang disebut hata ini berasal dari Mesopotamia dan dikenakan para pendeta Sumeria dan Babilonia sekitar 5.000 tahun lalu.
BACA JUGA Hasil Penjualan Tiket FIFA Matchday Akan Didonasikan ke Palestina
Di era modern, scarf keffiyeh banyak dipakai oleh pekerja pedesaan di Palestina sebagai penutup kepala untuk menutupi bagian belakang leher dan melindungi diri dari panas matahari saat musim panas dan suhu dingin di musim dingin.
Lalu, pada tahun 1936, saat negara-negara Arab melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Inggris, pejuang Palestina mengenakan keffiyeh untuk menutupi wajah sehingga identitasnya tersembunyi dan menghindari penangkapan musuh.
Sejak saat itu, kain keffiyeh tak lagi sebatas dipakai oleh pekerja di desa. Melainkan sudah menjadi tanda solidaritas rakyat Palestina khususnya untuk melawan musuh.
Makna keffiyeh pun semakin kuat ketika Mantan Presiden Otoritas Palestina, Yasser Arafat, berpidato di hadapan dunia di PBB pada tahun 1974 dengan mengenakan scarf tersebut.
Sejak itu, scarf keffiyeh menjadi semakin populer di berbagai kalangan dan di berbagai belahan dunia.
Editor: Ranto Rajagukguk