PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI melaporkan tingkat kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) pada semester I tahun 2022 berada di level 3,26%. Angka tersebut diklaim sangat terjaga dengan penyaluran kredit yang dicapai sebesar sebesar Rp 1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75% (year-on-year/yoy).
Sunarso, Direktur Utama BRI mengungkapkan kemampuan menyalurkan kredit akan selalu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Perusahaan negara ini juga akan menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit. Tercatat, NPL Coverage BRI sebesar 266,26% pada akhir Kuartal II 2022, yang mana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal II 2021 yang sebesar 252,59%.
“Strategi BRI dalam menjaga NPL yakni dengan selective growth, berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak tersebut, seperti pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman. Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL, yakni selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi,” ujar Sunarso dalam konferensi pers, Rabu (27/7/2022).
Menurutnya, sepanjang enam bulan pertama 2022 penyaluran kredit kepada seluruh segmen pinjaman tercatat tumbuh positif, dengan penopang utama yakni segmen mikro yang tumbuh 15,07%, segmen konsumer tumbuh 5,27%, segmen korporasi tumbuh 3,76%, serta segmen kecil dan menengah tumbuh 2,71%.
Secara khusus, portofolio kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) BRI tercatat tumbuh sebesar 9,81% dari Rp 837,82 triliun pada akhir Juni 2021 menjadi Rp 920 triliun di akhir Juni 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UKM dibandingkan total kredit BRI terus merangkak naik, menjadi sebesar 83,27%.
“BRI juga mampu mencatat pertumbuhan pendapatan non-bunga yang semakin baik dengan ditopang naiknya transaksi e-channel. Selain itu, Transformasi digital melalui Business Process Reengineering mampu meningkatkan produktivitas bisnis sekaligus menjaga efisiensi operasional,” ujarnya.
Di sisi lain, Sunarso mengklaim bisnis yang dijalankan bank pelat merah ini terus menunjukkan tren positif meskipun kondisi perekonomian masih belum sepenuhnya membaik. Tercatat, sepanjang semester I tahun 2022 mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp 24,88 triliun. Jumlah tersebut meroket sebesar 98,38% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tak hanya itu, dia menyebut aset perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 6,37% (yoy) menjadi Rp 1.652,84 triliun. “Pencapaian itu tak lepas dari kemampuan BRI dalam melakukan strategic response yang tepat. Penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat oleh BRI mampu tumbuh positif. Kami dapat menjaga sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah dan juga menjaga kualitas kredit terutama kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi COVID-19,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk