Semua Bisa Menjadi Selebriti, Merek Harus Punya Pendirian di Medsos
Media sosial telah menjadi alat komunikasi wajib bagi para brand di Indonesia untuk bersentuhan dengan konsumen. Maklum, pengguna internet di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Indonesia adalah negara dengan layanan data termurah di dunia dan dua pertiganya sudah terkoneksi dengan internet,” kata Jonathan Wilson, Associate Dean Richmond American dalam MarkPlus Conference 2017 di The-Ritz Carlton, Pacific Place Jakarta.
Ya, Indonesia adalah negara pengguna Facebook terbesar ketiga di dunia. Sedangkan Jakarta adalah kota dengan pengguna Twitter terbesar di dunia. Namun, ada beberapa fakta yang harus diketahui brand sebelum terjun ke media sosial. “Di mana pun, semua orang berjalan layaknya di catwalk. Semuanya bisa menjadi selebriti,” katanya.
Itulah kenapa brand harus menentukan di mana mereka berdiri. Jon pun beranggapan yang menjadi raja saat ini adalah konten yang dinamis. Sedangkan yang dimaksud ratu adalah saluran komunikasi yang akan dugunakan.
Jika dulu media sosial menjadi alat komunikasi untuk meraih audiens sebanyak-banyaknya, kini media sosial harus menentukan segmennya. Dalam mendekati mereka, Jon pun mengumpamakan layaknya bermain basket. “Harus seperti permainan basket, bukan memanah. Kita harus tahu saatnya melempar, mengoper, atau melakukan slam dunk,” katanya.
Karena semua orang bisa menjadi selebriti, maka brand harus mengetahui cara bagaimana mendekati mereka. Brand juga harus menentukan siapa yang akan dituju secara spesifik, misal komunitas tertentu. “Jadi, media sosial bukan alat untuk menjangkau semuanya. Anda harus menentukan segmen yang dituju di media sosial. Merek harus memiliki pendirian,” kata Jon.