Pesta Kesenian Bali 2018 dimeriahkan dengan pertunjukan Sendratari drama teater musikal. Event yang digelar di malam hari ini menampilkan pertunjukan sarat budaya mengenai kisah Ghunirta Murti “Krisna Dwipayana”. Ribuan penonton hadir menyaksikan pertunjukan yang diperankan oleh mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika menjelaskan, sendratari ini menampilkan oratorium. Yaitu kesenian yang memadukan tarian, musik dan narasi.
“Oratorium ini, memudahkan penonton yang tidak mengerti bahasa Jawa Kuno (Kawi). Setiap tahun kami terus berinovasi,” kata Pastika di Bali, Sabtu (23/06/2018).
Event ini dikatakn Pastika bertujuan untuk melestarikan budaya Bali klasik dan mengembangkan budaya modern. Salah satu budaya klasik yang ditampilkan adalah sendratari.
“Tarian itu merupakan salah satu fragmen dari epos Mahabharata. Budaya ini harus terus dilestarikan agar generasi penerus tetap mengetahuinya,” ujarnya.
Drama kolosal ini menceritakan tentang sebuah kerajaan yang amat makmur. Bernama Wirata. Kerajaan ini dipimpin seorang Raja bergelar Maha Raja Basuparicara. Di kala masa kejayaan Basuparicara, seorang prajurit datang secara tiba-tiba dengan membawa sepasang bayi laki-laki dan perempuan.
Lebih jauh Ia menceritakan, bayi tersebut merupakan anak dari Dewi Andrika, bidadari kayangan yang dikutuk menjadi seekor ikan. Karena telah menjelma kembali menjadi bidadari, Dewi Andrika menitipkan sepasang anaknya kepada Basuparicara.
Namun, Sang Raja Basuparicara hanya mau merawat bayi laki-laki dari Dewi Andika karena bayi perempuan yang dibawa prajurit tersebut mengeluarkan bau busuk dari sekujur tubuhnya.
Akhirnya Basuparicara mengutus maha patih untuk membawa bayi perempuan tersebut ke wilayah Sungai Yamuna. Bayi ini kemudian dititipkan kepada seorang nelayan bernama Dasabala.
Singkat cerita, bayi perempuan itu tumbuh besar dan diberi nama Setyawati, karena bau busuk yang keluar dari badannya itu. Masyarakat di wilayah Sungai Yamuna mengenalnya dengan nama Dhurgandhini.
Kesedihan hati Dhurgandhini membuat Sang Petapa bernama Parasara merasa iba. Akhirnya dengan kekuatan yang diperoleh dari Hyang Maha Kuasa, sang Parasara akhirnya menyembuhkan Dhurgandini. Caranya menggunakan kesucian air Sungai Yamuna yang telah dimantrai olehnya.
Dhurgandhini yang berubah menjadi wanita cantik, membuat Parasara jatuh cinta. Di sanalah percintaan Dhurgandhini dan Parasara terjadi. Hingga akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki bertubuh gelap yang diberi nama Abiyasa. Bayi ini kerap dikenal dengan nama Krisna Dwipayana.
Melihat antusiasme yang tinggi dari para pengunjung, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan hal ini semakin mengukuhkan Bali sebagai destinasi wisata berbasis budaya.
“Sebab, sejak hari pertama, sambutan masyarakat pada acara ini sangat antusias. Selama acara berlangsung, hashtag Pesta Kesenian Bali menjadi trending topic di Twitter. Terus terang tidak ada yang ngalahin PKB ini dalam hal karnavalnya maupun pentas seninya. Itu harus kita akui. Jadi semakin melestarikan budaya itu akan semakin baik untuk kita,” Arief.
Editor: Sigit Kurniawan