Bisnis data center menjadi salah satu sektor menarik yang bisa dilirik untuk mengembangkan bisnis. Pasalnya, proses digitalisasi yang terus berkembang mendorong kebutuhan terhadap layanan ini.
Lantas, seberapa besar potensi bisnis data center di Indonesia menurut Managing Directur Structure Research Philbert Shih? Kira-kira, apa saja poin menarik yang harus diperhatikan para pemain untuk dapat memenangkan pasar?
Sebagai hotspot pasar data center, seberapa potensial posisi Indonesia dalam hal pertumbuhan investasi di tahun depan?
Jika Anda membandingkan ukuran pasar data center antara Singapura dan Jakarta, terdapat perbedaan yang signifikan. Potensi pertumbuhan akan sangat tinggi, tidak hanya pada 2021 melainkan hingga lima tahun ke depan.
Kami memperkirakan, Jakarta memiliki sekitar 72%-75% megawatts (MW) data inventory pada tahun ini, dan jika dibandingkan dengan proyeksi kami untuk Singapura berkisar 483 MW.
Jika dilihat, ukuranya berbeda. Jumlah penduduk Singapura mungkin berkisar lima juta jiwa, sementara Jakarta mungkin memiliki dua kali lipat jumlah penduduk dari Singapura. Bisa dibayangkan berapa besar potensi yang ada jika kita menghitung seluruh bagian lain dari Indonesi. Dengan melihat dari segi ukuran saja, Anda dapat menemukan jika pasar ini akan terus bertumbuh.
Pasar di Indonesia akan mulai melonjak, dan akan segera melalui siklus pertumbuhan yang sangat signifikan.
Bagaimana Anda melihat kesiapan para pemain bisnis data center asal Indonesia saat ini dalam hal skalabilitas dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain?
Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Thailand merupakan negara berkembang. Sehingga, hanya terdapat sedikit operator data center yang belum memiliki banyak pengalaman.
Kondisi ini jauh berbeda dengan Singapura yang memiliki sejarah lebih panjang di sektor ini. Banyak operator yang didirikan dengan pengalaman lima, 10, hingga 15 tahun. Terdapat pula berbagai operator global asal Amerika Serikat, Eropa, dan bagian-bagian lain di Asia yang beroperasi di Singapura.
Jadi, jika mau ke pasar Indonesia, seperti Jakarta, Anda tidak akan menemukan banyak operator berpengalaman karena usia sektor ini yang masih sangat muda.
Alhasil, lanskap persaingan pun cukup terbuka lebar. Pada pasar dengan tahap berkembang seperti ini, tidak ada banyak operator yang bisa dipilih. Terutama, operator yang dapat memberikan layanan tingkat premium.
Pada laporan Jakarta: Data Centre Market Update yang baru Anda rilis, persentase Compound Annual Growth Rate (CAGR) data center hyperscale untuk lima tahun ke depan diprediksi berkisar 43,3%. Sementara, retail data center hanya berkisar 6%. Lantas, apa yang melandasi nilai data center hyperscales begitu besar di Indonesia?
Hyperscales adalah kekuatan pendorong di balik pertumbuhan dari pasar Indonesia karena pasar ini tidak memiliki sejarah panjang mengenai infrastruktur cloud dan hosting.
Banyak organisasi kurang paham mengenai infrastruktur komputasi on premis untuk pertama kali. Ketika ada platform berskala matang, seperti AWS, Google, dan Alibaba, wajar jika organisasi ingin memulai dari sana dibandingkan menggunakan layanan infrastruktur yang lebih tradisional.
Ini alasan mengapa kami yakin jika pasar grosir hyperscales akan berkembang pesat karena ekonomi digital di Indonesia baru saja dimulai. Sebagian besar pertumbuhan tersebut akan sejalan dengan cloud hyperscales colocation retail masih akan tumbuh.
Saya pikir, ada peran penting yang harus dimainkan. Tidak hanya untuk menyediakan infrastruktur, melainkan juga menyediakan platform untuk terhubung ke cloud hyperscales ini. Kami memproyeksi, fase pertumbuhan yang sangat signifikan dari hyperscale yang sudah ada di Jakarta saat ini, maupun yang akan segera datang.
Jika semua ini digabungkan, maka akan terjadi pertumbuhan yang sangat cepat dan membawa pasar naik. Ini akan cukup untuk mengangkat pasar secara bersamaan. Pertumbuhan ritel akan tetap ada, namun hyperscalers wholesale akan berperan sebagai kekuatan pendorong.
Kemudian, apa pendapat Anda mengenai masa depan dari pusat data ritel?
Beberapa hal akan terjadi. Pertama, berkaitan dengan EDGE. Kedua, berkaitan dengan interconnection. Akan ada tempat untuk colocation ritel untuk infrastruktur outsourcing yang lebih kecil atau organisasi yang masih ingin menggunakan perangkat keras mereka sendiri, dan ingin menerapkan off-premise di data center pihak ketiga.
Ketika mereka sampai di sana, mereka ingin memanfaatkan fakta jika mereka dapat terhubung langsung ke lingkungan cloud hyperscales sehingga mereka akan membayar operator data center mereka untuk layanan interconnection yang akan membuat pasar ritel terus berkembang.
Menurut saya, EDGE sangat menarik karena hyperscales cenderung merupakan platform infrastruktur yang sangat terpusat, deplyoyment sangat besar secara teknis di luar kota besar seperti Jakarta tetapi aplikasi terus menjadi lebih canggih. Kinerja yang lebih kompleks dan latensi pun menjadi semakin penting.
Infrastruktur harus lebih dekat dengan end user, dan di tempat seperti Jakarta akan ada permintaan kebutuhan untuk EDGE colocation dengan peningkatan yang tergolong kecil. Hal ini akan mendorong ruang colocation ritel, saling terkoneksi, dan semua akan terintegrasi menjadi satu. Saya pikir, infrastruktur akan mulai tumbuh, walaupun pada tingkat yang berbeda.
Berdasarkan riset Anda mengenai pasar Indonesia, apa saja key strategies yang harus diterapkan penyedia colocation dalam lima tahun ke depan?
Jelas, membangun pusat data premium berkualitas yang tidak berlebihan dan mampu melakukan kinerja yang konsisten untuk pelanggan.
Anda juga harus fokus pada pasar mana yang akan Anda pilih. Saya pikir, banyak operator akan fokus hanya pada bagian ritel atau hyperscale / wholesale, tetapi ketika pasar sudah matang akan sulit untuk dispesifikasi. Penting untuk menyatukan semua bagian ini.
Oleh karena itu, Anda perlu memiliki kemampuan hyperscale wholesale dan EDGE, serta mampu mendorong koneksi melalui tempat yang berbeda. Itu yang akan menentukan kesuksesan di pasar ini. Akan ada banyak pertumbuhan yang tersedia untuk semua orang, tetapi dibutuhkan kecanggihan tinggi untuk dapat memimpin pasar ini.