Sukses menghelat event Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF), PT Summarecon Agung Tbk melalui salah satu pusat belanjanya La Piazza, menggelar festival kuliner dan pameran batik yang memboyong para pedagang Pasar Klewer, Solo. Bertema Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer, festival tersebut berlangsung di Multi Purpose Hall La Piazza pada 19 Juni hingga 5 Juli 2015.
Direktur Summarecon Liliawati Rahadjo mengatakan, dipilihnya Pasar Klewer sebagai tema festival, berawal dari kepedulian perusahaan terhadap pedagang batik yang terkena musibah kebakaran pasar tersebut beberapa waktu lalu. Pihaknya pun memboyong 36 pedagang batik yang didatangkan langsung dari Solo. “Kami tidak memungut biaya kepada peserta festival, hanya bagi hasil. Itu pun kecil. Kami juga hadirkan festival ini sebagai alternatif lokasi untuk berbuka puasa,” katanya, Jumat, (19/6/2015).
Selain pedagang batik, ada sepuluh pedagang kuliner khas Solo yang bergabung dalam festival ini. Salah satunya adalah Martabak Kotabarat atau Markobar. Usaha yang berawal dari kaki lima ini kemudian berkembang menjadi kafe berkat rintisan Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Presiden Joko Widodo. (Baca juga “Putra Jokowi Ingin Jadikan Markobar Superhero Solo”)
Direktur Utama Summarecon Adrianto Pitoyo Adhi menegaskan, festival ini tidak ada muatan bisnis, melainkan murni bentuk dedikasi perusahaan terhadap tradisi batik di Solo. Dirinya pun tidak memiliki estimasi target pengunjung serta pendapatan yang bisa diraih dari festival ini. Malah, kata Adhi, pihaknya memberikan fasilitas penginapan, akomodasi pengangkutan barang-barang yang dijual, serta promosi kepada para pedagang asal Solo tersebut.
“Pedagang bisa menaikkan harga hingga 30% karena harga di Solo jauh lebih murah dari Jakarta. Kami hanya melakukan bagi hasil yang kecil, tujuannya untuk menciptakan bisnis yang win-win solution,” katanya.
Di sisi lain, General Manager Corporate Communication Summarecon Cut Meutia mengungkapkan, Festival Pasar Klewer ini merupakan bentuk diferensiasi malnya dari pusat belanja lain di Jakarta. Apalagi, katanya, dengan tenan-tenan yang relatif serupa antara mal satu dengan mal lain, mutlak bagi pengelola mal untuk mengadakan event sebagai langkah diferensiasi.
“Orang tidak bisa menemukan Pasar Klewer di PIM atau Senayan City. Sehingga mereka yang berdomisili jauh dari Kelapa Gading akan rela datang ke La Piazza. Artinya, dengan menciptakan event, ada alasan seseorang untuk terus datang, sehingga trafik pengunjung akan meningkat,” jelas Meutia.
Meutia melanjutkan, dengan adanya event, apalagi di momen-momen besar seperti menjelang Lebaran, Natal, Tahun Baru, Imlek, dan liburan sekolah, pengunjung Mal Kelapa Gading (MKG) bisa meningkat hingga 10%-20% dari periode biasanya. Ia pun menyebut, dalam sehari, MKG mampu menarik rata-rata 100.000 pengunjung.
“Acara JFFF yang berlangsung pada bulan Mei setiap tahunnya bisa mendatangkan 150.000 pengunjung. Khusus pada malam pembukaan JFFF alias Gading Nite Carnival, bisa mendatangkan 230.000 pengunjung,” ucapnya.
Tentunya dengan semakin banyak warga Ibu Kota berkunjung ke mal, ketersediaan lahan parkir bakal menjadi persoalan pengelola mal. Karena itu, Meutia bilang, dalam menggarap mal barunya di kemudian hari, lahan parkir akan menjadi prioritas pembangunan Summarecon.