Wonderful Startup Academy sudah menginjak ke fase akhir semenjak di-launching akhir tahun 2016 dan mulai kick-off awal tahun 2017. Wonderful Startup Academy adalah program inkubasi startup pertama yang ber-genre pariwisata hasil kolaborasi antara Kementerian KUKM, Galeri Indonesia WOW, Kementerian Pariwisata, dan ICSB Indonesia.
Program ini mencakup beberapa proses penting untuk perkembangan sebuah startup, seperti mentoring dari berbagai narasumber kompeten dan berbagi informasi tentang pariwisata Indonesia. Tak kalah pentingnya, program ini juga memberikan akses kepada para startup untuk menjalin kerjasama dengan para investor serta membuka akses pasar dengan pelaku bisnis pariwisata Indonesia.
Pemilihan sepuluh besar startup yang terpilih dan telah sesuai dengan kriteria penilaian para juri disaksikan langsung oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya di Gedung Sapta Pesona, Gedung Kementerian Pariwisata Senin lalu. Setelah sebelumnya 23 besar startup mempresentasikan bisnisnya di depan para juri dalam waktu yang sangat singkat, yakni lima menit. Dalam waktu lima menit tersebut, para startup ditantang untuk bisa menjelaskan overview bisnisnya, mulai dari profil bisnis, target pasar, hingga cara mereka mendapatkan keuntungan.
Sebelum mengumumkan sepuluh besar startup terbaik, Arief Yahya membuka dengan pemaparan mengenai pentingnya pariwisata bagi perkembangan Indonesia. Menurutnya, sektor pariwisata merupakan penyumbang PDB, devisa, dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Ia juga mengutip perkataan Presiden Jokowi yang menyatakan bahwa pihaknya menetapkan pariwisata sebagai leading sector di Indonesia.
Namun, Arief menyayangkan, meski potensi pariwisata Indonesia sangat besar, praktik atau SDM Indonesia pada destinasi-destinasi wisata masih lemah. Padahal ia meyakini, apabila performa SDM di destinasi wisata Indonesia bisa lebih baik, bukan tidak mungkin Indonesia bisa mengalahkan negara-negara tetangga.
Bukan hanya performa, menurutnya, proyeksi masa depan juga tak kalah penting. Untuk membangun suatu destinasi wisata, harus bisa melihat proyeksi ke depan. Menurutnya juga, Pariwisata adalah sektor paling seksi untuk digarap, apalagi digital. “Traveler kini tak bisa lepas dari gadget mereka. Pernah tidak kamu satu hari saja tidak bawa gadget? Pasti tidak pernah kan? Seperti itulah cerminan traveler masa kini, salah bila ada yang bilang sektor pariwisata tak bisa go-digital,” tuturnya.
Ia berpesan untuk para startup digital jangan selalu memikirkan untung rugi, melainkan value of customer. Menurutnya, dalam digital company, value of customer lebih penting dari sebuah laporan laba rugi keuangan. Contohnya adalah Traveloka. Untung mereka tidak seberapa, atau mungkin justru rugi karena banyak ‘bakar duit’ untuk membayar iklan yang kita lihat setiap hari di TV atau mungkin mem-bypass komisi ke customer dan masih ditambah dengan subsidi. Tak heran, mereka bisa menjual tiket pesawat lebih murah daripada website airlines sendiri. Arief juga bilang, semakin gratis, semakin mahal.
Mereka berani rugi. Yang penting bagi mereka adalah trafik pengguna yang meningkat. Lebih penting lagi, brand mereka kian besar dan seksi di mata investor. Jadi, bisa dibilang customer itu sendirilah yang menjadi modal yang tentunya bisa meningkatkan value dari perusahaan itu sendiri. Arief mengatakan, “Semakin kaya customer profile, semakin tinggi value of customer-nya”.
Tak heran, para startup yang terbilang baru ini berani jor-joran dengan promo murah dan bahkan gratis. Niat mereka adalah meningkatkan value of customer yang juga meningkatkan company value di mata investor. Bayangkan, sambung Arief, market cap perusahaan travel berbasis online seperti Traveloka yang bisa dibilang baru seumur jagung bisa mengalahkan perusahaan travel kawakan sekelas Panorama. Ini bukan berarti mereka untung besar, tetapi customer merekalah yang dijual kepada investor.
Arief Yahya juga mengimbau, masih banyak gap yang harus dikejar untuk bisa mengungguli negara tetangga. Ada tiga poin untuk bisa mencapai target yang dicanangkan Kementerian Pariwisata tahun 2019, yakni Digital Tourism, Homestay, dan Airline Connectivity.
Poin yang menurutnya paling penting dan paling mudah dilakukan adalah digital tourism. Salah satunya dengan mendukung program Wonderful Startup Academy 2017. Sepuluh besar startup terbaik yang telah disaring dari ratusan startup yang mendaftar diumumkan oleh Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, Hiramsyah S. Thaib dan disaksikan langsung oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
Kesepuluh startup ini akan memasuki fase creative venture, dimana mereka akan mendapat mentorship lanjutan ke level pemodalan dan juga akan berkesempatan melakukan demo startup mereka di hadapan venture capital. Bahkan, pihak Kementerian Pariwisata menjanjikan akan membawa kesepuluh startup ke salah satu dari sepuluh destinasi pariwisata prioritas agar para startup semakin mendalami pariwisata Indonesia.
Meski dalam kompetisi startup ini tidak ada pemenang, satu hal yang paling mahal dari program kolaboratif ini adalah bagaimana para startup peserta Wonderful Startup Academy 2017 bisa mengenal lebih dekat dengan para pakar dan orang-orang kredibel di bidangnya masing-masing.
Sepuluh startup terpilih itu, antara lain Goers, Kosthunt, Geotours, Place+, Thingstodoo, Kili-kili Adventure, Dineary, Oemah Etnik, Kiribang, dan Maqna. Segmentasi mereka pun beragam, ada yang berupa e-commerce penjualan tiket travel, penjualan suvenir, hingga ke penjualan tiket aktivitas.
Editor: Sigit Kurniawan