Sepuluh Cara Cerdas Bangun Personal Branding Kekinian

marketeers article
Autumn style. Beautiful young woman with bright foxy hair wearing sunglasses and black coat. Beauty, fashion.

Di era sekarang, siapa saja bisa dengan mudah dan cepat memiliki nama tenar. Tapi, dengan mudah dan cepat hilang dari perbincangan. Itulah dinamika di era internet yang sarat perubahan seperti sekarang ini.

Dulu, seorang artis asal Amerika Serikat Andy Warhol (1928-1987) pernah mengatakan, “In the future, someone can be famous within 15 minutes only.” Tampaknya, ucapan Warhol ada benarnya di era sekarang. Di zaman kini, dengan mudah orang yang dulunya “nobody” mendadak menjadi “somebody” yang diperbincangkan banyak orang. Semua itu berkat kanal-kanal media sosial. Ada banyak contoh, seperti Justin Bieber, PewDiePie, Pentatonix, dan sebagainya. Di Indonesia, Anda bisa menyebutnya sendiri. Orang makin banyak tahu sosok-sosok mereka, dari gaya, pemikiran, karya, hingga kehidupan pribadi.

Boleh dibilang, mereka berhasil dalam membangun personal branding, khususnya di dunia online.  Mereka gesit dalam memarketingkan diri mereka. Paling tidak, mereka mampu membangun awareness di mata publik tentang sosok mereka. Mengapa personal branding khususnya di online ini penting? Ada banyak alasan. Salah satunya, yang pertama kali dirujuk orang ketika mencari sosok tertentu adalah Google atau mesin pencari lainnya. Mereka akan melihat jejak rekam, portofolio, dan reputasi kita di online. Bahkan, orang Human Resource Development (HRD) saat ini cenderung melakukan browsing lebih dulu tentang orang yang mau mereka rekrut ke dalam perusahaannya.

Lalu, bagaimana cara membangun personal branding yang baik sekaligus efektif di era “kekinian” ini? Berikut beberapa langkah yang bisa Anda perhatikan dalam proses membangun personal branding di dunia online. Penulis untuk beberapa hal memakai rujukan dari buku saku pakar pemasaran dunia Hermawan Kartajaya berjudul “Marketing Yourself” terbitan MarkPlus (2004).

#01 Tentukan Segmentasi

Segmentasi yang dimaksud di sini adalah melihat pasar secara kreatif. Anda perlu menentukan segmen mana yang ingin Anda pilih untuk menunjukkan keberadaan brand personal Anda. Pasar dalam konteks ini bisa berupa lingkungan kerja, lingkungan sekolah, organisasi, komunitas, jalinan pertemanan, profesi, panggung politik, dan sebagainya.

#02 Tentukan target

Target di sini tak lain adalah upaya mengalokasikan sumberdaya yang kita miliki seefektif mungkin. Target dibuat karena sumberdaya kita terbatas. Sumberdaya bisa berupa energi, waktu, pikiran, dan sebagainya. Kita tak perlu menghamburkan waktu untuk menarik semua orang dan hal tak jelas. Dalam bukunya, Hermawan bilang jangan jadi Rambo, tapi jadilah sniper!

#03 Tentukan positioning

Dalam bisnis, positioning biasanya dipahami sebagai apa yang akan ditanamkan dalam benak pelanggan tentang brand. Demikian juga dalam konteks personal branding. Anda perlu menentukan gambaran diri seperti apa di benak orang lain. Perlu tonjolkan apa saja yang menjadi kelebihan dan keunggulan Anda. Di sisi lain, positioning Anda ini merupakan janji Anda kepada audiens yang harus Anda tepati. Misalnya, Anda ingin dipersepsikan sebagai seorang vlogger kuliner yang unik. Anda mau tak mau harus terus menjaga positioning itu dengan terus menerus melakukan klarifikasi.

#04 Bangun diferensiasi

Diferensiasi menjadi elemen penting dalam personal branding. Inilah yang membedakan diri Anda dengan diri orang lain. Kita percaya bahwa setiap orang itu unik dan berbeda. Itulah yang selayaknya kita bangun dan tonjolkan.

Diferensiasi biasanya menyangkut tiga hal, yakni konten, konteks, dan infastruktur. Konten mengacu pada apa yang ingin disampaikan kepada audiens. Konteks mengacu cara kita menyampaikan konten. Infrastruktur mengacu pada hal-hal yang sifatnya mendukung atau sebagai enabler bagi konten dan konteks tersebut. Misalnya, di dunia pelawak, Thukul Arwana, Sule, dan Cak Lontong sama-sama menyampaikan konten lawakan yang menghibur. Tapi, cara mereka menyampaikannya berbeda. Dan, gaya – entah cara berpakaian, bentuk rambut, gerak-gerik – juga berbeda. Demikian juga di dunia vlogger yang mana sosok Agung Hapsah, Bena Kribo, dan Bayu Skak memiliki diferensiasi masing-masing.

Di era sekarang, diferensiasi ini harus benar-benar otentik atau menjadi DNA orang bersangkutan dan tidak mudah ditiru oleh orang lain. Dan, Anda harus menjaga terus agar tetap memiliki reputasi positif.

#05 Bangun dan perkuat Brand

Diri kita adalah sebuah brand. Brand ini termanifestasi lewat nama dan kedirian kita. Branding menjadi upaya kita menghindari kecenderungan untuk menjadi sama dengan kebanyakan. Sekaligus membangun awareness orang tentang diri kita. Namun, di era sekarang, brand harus mewujud dalam karakter. Karakter kitalah yang akan menentukan nilai dari personal branding. Sosok  Barrack Obama dan Donald Trump memiliki brand yang kuat, tapi karakternya berbeda, misalnya.

#06 Bangun bauran pemasaran

Minimal, dalam personal branding, kita memiliki bauran pemasaran yang jelas, yang meliputi product, price, place, dan promotion. Product dalam konteks personal branding bisa mengacu pada kemampuan, keterampilan, maupun karya yang Anda miliki. Misalnya, lagu, musik,karya tulis, lukisan, dan sebagainya. Price di sini mengacu pada apresiasi atau penghargaan atas produk kita. Place mengacu pada kanal-kanal yang kita pakai agar orang bisa mengakses produk kita tersebut. Misalnya, sebagai seorang travel blogger, Anda harus bisa memajang produk Anda – entah tulisan, foto, maupun video – dalam kanal-kanal online, seperti blog, website, media sosial, dan sebagainya.

Atau, Anda bisa bangun omnichannel. Anda tak hanya memajang karya Anda di online, tapi juga bisa di ranah offline, seperti toko, galeri, media cetak, dan sebagainya. Bisa juga place ini berupa komunitas tempat kita berinteraksi.

Soal promotion, sudah sepantasnya Anda aktif untuk mempromosikan karya-karya Anda dengan berbagai platform sharing, baik yang online maupun offline. Anda bisa memilih platform mana yang cocok dan sedang nge-hits. Misalnya, Instagram, Instagram Story, Facebook, Streaming Video, YouTube, dan sebagainya. Jangan lupa, promosi di era sekarang harus bisa sampai pada komunikasi interaktif atau menciptakan conversation. Dengan percakapan ini, Anda bisa membangun relasi yang makin erat dan bahkan intim dengan audiens Anda.

#07 Selling

Di tahap ini, Anda ditantang untuk bisa mengangkat dan mempertahankan “harga jual” Anda di depan audiens. Salah satu caranya dengan membangun relasi intensif dengan audiens. Anda menjadi pribadi yang produktif dan kreatif di depan mereka. Relasi kontinu ini akan menciptakan customer bonding. Ini tidak hanya akan berbuah pada financial bonding tapi juga emotional bonding. Bahkan, lebih dalam dari itu, bisa menjadi spiritual bonding—relasi dari hati ke hati. Kalau sudah begini, kita menjadi merek yang kuat.

Di sini, ada tiga kategori selling, yakni benefitfeature (jual servis), dan solution. Yang paling tinggi adalah solution selling di mana kehadiran kita, peran kita, karya kita tersebut mampu memberikan solusi bagi audiens.

#08 Service

Kita hadir di dunia ini bukan untuk diri kita sendiri. Masing-masing dari kita dipanggil untuk berkontribusi bagi pengembangan hidup – baik hidup bersama, lingkungan, dan sebagainya. Sebab itu, servis atau pelayanan di sini cukup fundamental dalam personal branding. Artinya, kita hadir dengan segala kelebihan kita untuk memberi sesuatu bagi orang lain dan dunia tempat kita hidup – entah dunia kerja, akademik, sosial, dan sebagainya. Servis ini bisa berupa servis intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual. Jadikan, servis ini sebagai a way of life Anda. Di era sekarang, servis ini harus sampai pada tingkat caring atau peduli.

#09 Terus Berproses

Proses ini tak lain adalah upaya untuk mengembangkan diri kita secara kontinu. Tidak pernah puas dengan keadaan dan kenyamaan saat ini. Kita senantiasa memperbarui kualitas diri kita dan biarkan orang lain merasakan juga kualitas ini. Kualitas ini bisa berupa kualitas pekerjaan, relasi, produk, dan sebagainya. Dan, di era sekarang, proses ini tak bisa kita jalankan sendirian. Kita harus bisa berproses bersama dengan banyak orang. Ini yang dinamakan kolaborasi.

#10 Jaga Reputasi

Menjaga reputasi menjadi elemen fundamental dalam proses personal branding. Alasannya, ini menyangkut kepercayaan publik pada diri Anda. Sekali reputasi ini diciderai dengan sebuah kasus, misalnya, reputasi Anda akan susah untuk dibangun kembali, khususnya di era serba terkoneksi dan viral ini. Sekali kita melakukan kesalahan yang mengganggu persepsi publik tentang diri kita, kita akan kesusahan dalam mengoreksinya karena apa yang sudah kita lakukan tercatat di Google.

Bagaimana pendapat Anda?

Related