Bagi perempuan, perawatan kecantikan kulit tidak hanya sebatas merawat kecantikan. Tapi, perawatan kulit juga menjadi penting karena kebutuhan untuk menjaga kesehatan. Apalagi, perubahan iklim yang ekstrEm kini semakin mendorong perempuan untuk tetap menjaga kesehatan kulit untuk mencegah penyakit yang lebih berat seperti kanker kulit.
Bujet menjadi unsur penting dalam aspek merawat kulit, karena perawata kulit tidak didapatkan dengan biaya murah. Untuk itu, perlu pengaturan keuangan yang baik agar kebutuhan primer tambahan seperti skin care bisa tetap terpenuhi.
“Urusan kesehatan termasuk kesehatan kulit tentu akan berpengaruh pada peneluaran. Jika kita selalu peduli pada kesehatan, mengurus, dan merawatnya secara teratu tentu memerlukan biaya rutin. Namun, biaya ini tentu tidak lebih besar dibandingkan risiko penyakit kulit yang bisa saja menjangkit kapan saja,” ujar Henry Virp, Agency Development Manager Sequis dalam acara Glow Your Skin, Glow Your Financial di Jakarta, Jumat (26/07/2019).
Henry melanjutkan, kebutuhan perawatan kulit dapat terpenuhi dengan menyisihkan biaya total kebutuhan. Artinya, baik perempuan pekerja atau ibu rumah tangga harus pintar mengelola keuangan agar kebutuhan primer, sekunder, dan biaya tidak terduga tetap dapat terpenuhi.
“Sekarang ini skin care sudah termasuk biaya primer. Bahkan, bukan hanya untuk perempuan. Jika membicarakan kesehatan, pria juga perlu merawat kulit agar tidak memiliki risiko penyakit kulit,” katanya.
Bagaimana cara mengaturnya? Henry memiliki rumus tersendiri. Menurutnya, dari 100% pendapatan, dapat dibagi menjadi 40% kebutuhan pokok seperti pangan, transport, dan kebutuhan lain yang dirasa penting termasuk skin care. 30% dapat digunakan untuk cicilan produktif seperti tabungan masa depan, asuransi pendidikan, kesehatan, dan dana darurat.
“Sisanya 10% dapat digunakan untuk dana kebaikan seperti amal, zakat, donasi, dan dana sosial lain. Jadi, tidak ada yang namanya kebutuhan skin care tidak dapat terpenuhi kalau pengelolaan keuangannya baik dan teratur,” tutup Henry.
Editor: Sigit Kurniawan