Serangan CGV blitz di Pasar Bioskop Indonesia

marketeers article
Ilustrasi. (FOTO: 123rf)

Industri layar bioskop di Indonesia masih memiliki potensi besar. Selain jumlah layar yang masih terbatas, lokasi bioskop pun masih belum tersebar merata di kota-kota nusantara. Tak ayal, tahun depan menjadi momentum bagi jaringan bioskop lokal dan internasional untuk agresif mengembangkan bisnis.

Seperti yang dilakukan oleh jaringan bioskop asal Korea Selatan CJ-CGV Co Ltd yang telah membuka delapan bioskop baru sepanjang tahun 2016. Perlu diketahui, CJ-CGV masuk ke Indonesia sejak tahun 2014 ketika jaringan bioskop blitz yang dikelola PT Graha Layar Prima Tbk mulai melakukan listing di bursa saham.

CJ-CGV menjadi pemegang saham utama dari blitz yang pada April 2016 lalu menyuntikkan modal US$ 30,1 juta (Rp 331 miliar) lewat right issue. Sehingga, CGV dapat mengantongi 40,25% saham blitz.

Per Desember 2016, Saham CGV di blitz meningkat menjadi 51% lewat akuisisi saham yang dimiliki beberapa pemegang saham blitz sebelumnya. Tentu saja, akuisisi tersebut memberikan tambahan permodalan bagi blitz untuk melakukan ekspansi di berbagai daerah di Indonesia.

Tahun ini saja, perusahaan telah membuka delapan lokasi bioskop baru. Secara total, blitz telah mengoperasikan 25 bioskop dengan 174 layar, tersebar di Jakarta, Bandung, Tangerang, Cirebon, Yogyakarta, Kerawang, Surabaya, dan Balikpapan.

Selain itu, CGV juga melakukan rebranding dari blitz menjadi CGV-blitz sejak tahun 2015, dan akan menggunakan nama CGV Cultureplex pada tahun-tahun selanjutnya.

CGV menjadi pihak asing pertama yang menguasai saham mayoritas di perusahaan bioskop Indonesia. Ini dapat terjadi sejak pemerintah pada Februari tahun ini menganulir regulasi yang menyatakan bahwa industri perfilman dan bioskop masuk dalam Daftar Negatif Investasi (DNI).

Jeff Lim, Direktur CGV Indonesia mengatakan, pihaknya akan menambah setidaknya 15-20 bioskop baru pada tahun 2017. Beberapa wilayah yang menjadi incarannya adalah Palembang dan Purwokerto.

086988500_1438859074-cgv_blitz_sky_gallery

“Kami ingin membuka banyak bioskop karena pasarnya masih potensial. Namun, kendalanya adalah mencari lokasi yang strategis dan sesuai untuk bioskop itu tidak mudah,” ungkapnya saat membuka CGV Green Pramuka Center, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan laporan kinerja perusahaan pada kuartal tiga 2016, pendapatan blitz meroket 50,4% menjadi Rp 430,97 miliar dari sebelumnya Rp 286,52 miliar. Kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk juga menipis tajam dari Rp 31,34 miliar menjadi Rp 5,83 miliar.

Cultureplex

Jeff menerangkan, CGV akan memberikan warna baru di dunia perbioskopan Tanah Air. Ia mengklaim, pihaknya tidak hanya memberikan pengalaman selama menonton film, melainkan juga pengalaman sebelum dan paska masuk ke studio bioskop.

Misalnya, Jeff bilang, CGV akan menyuguhkan berbagai festival budaya dan film, acara musik, pameran lukisan, serta pengalaman kuliner yang beragam.

Bahkan, di negara asalnya Korea Selatan, CGV hadir dengan format yang lebih variatif. Misalnya, Cine Kids untuk anak-anak dengan fasilitas bermain. Adapula Cine de Chef di mana tamu dapat menonton sembari menikmati makanan dari koki bintang lima.

Serta adapula Tempur Cinema yang memberikan pengalaman menikmati film sembari tidur di kasur yang dibuat khusus oleh manufaktur matras kasur Tempur.

“Kami belum bisa memboyong semua pengalaman itu ke sini. Namun, saat ini, hanya bioskop kami yang menawarkan sweetbox , kursi untuk para pasangan,” ucapnya.

Sebelumnya, CGV telah menghadirkan studio 4DX dengan teknologi yang mampu memberikan efek gerak, cahaya, air, aroma dan angin yang disesuaikan dengan semua adegan dalam film.

sweetbox-blit_zps5kpe6qqn
Sweetbox, kursi yang dikhususkan untuk para pasangan

Jeff menerangkan, pihaknya juga memperkenalkan Sphere X alias studio yang menyinergikan teknologi seat, sound, dan screen. Studio ini menawarkan ruang sinema lengkung dengan layar besar seluas hampir menutupi seluruh permukaan langit-langit bioskop. Di sana tersedia lebih dari 60 speaker berteknologi Dolby Atmos dan Vive Christie Audio. “Kursi pun bisa direbahkan hingga 45 derajat,” katanya.

Semua pengalaman tersebut, sambung Jeff, memberikan positioning CGV menarik ketimbang kompetitor. Sekaligus menawarkan diferensiasi yang nyata di industri yang tengah berkembang.

Tak Mau Kalah

Saat CGV mulai unjuk diri di pasar bioskop, pemain lokal kawakan Cinema XXI mulai melakukan ancang-ancang. Pasalnya, PT Nusantara Sejahtera Raya (NSR), yang mengelola merek Cinema 21, Cinema XXI dan The Premiere, memperoleh suntikan modal dari GIC, firma investasi global milik Pemerintah Singapura. Cinema XXI telah mengoperasi 157 bioskop di 36 kota Indonesia.

Begitu pun dengan Lippo Group yang berambisi membuka 2.000 layar, 300 kompleks bioskop di 85 kota nusantara dalam sepuluh tahun ke depan. Lewat bendera Cinemaxx, Lippo berharap dapat mengantongi pendapatan sebesar US$ 500 juta pada 2020. Untuk memuluskan langkah itu, Cinemaxx menunjuk Deutsche Bank sebagai pihak penggalang dana sebesar US$ 100 juta.

Pasar bioskop dinilai masih potensial. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia (GPBSI), total layar bioskop mencapai 1.175 layar, meningkat 6% dari tahun sebelumnya.

Di sisi lain, rasio jumlah penduduk dengan jumlah layar bioskop masih timpang. Idealnya, menurut GPBSI, jumlah layar bisokop di Indonesia berkisar 9.000 hingga 15.000 layar.

Selain kompetisi, yang perlu dicermati oleh para pemain bioskop adalah kehadiran media digital yang menggantikan peran media konvensional. Hadirnya NetFlix, HOOQ, Iflix, serta YouTube memberikan alternatif menonton yang jauh lebih mudah, ketimbang pergi ke bioskop yang membutuhkan waktu untuk menuju ke sana. Belum lagi dengan faktor kemacetan yang menjerat kota-kota besar.

Apalagi, ada rencana para pemilik studio film menjual film-filmnya di iTunes Movie pada dua minggu setelah film tersebut dirilis di bioskop. Jika itu terjadi di Indonesia, ini bisa berbuah ancaman bagi operator bioskop Tanah Air di tengah giat-giatya melakukan ekspansi jumlah layar.

Apakah akan terjadi dalam waktu dekat? Kita lihat saja.

 

Related