Pesatnya perkembangan teknologi dan adopsi digital mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain juga memperluas risiko serangan siber yang semakin kompleks.
Transformasi digital, mulai dari implementasi cloud hingga Internet of Things (IoT), memperbesar permukaan serangan yang dapat dimanfaatkan oleh para peretas.
Data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan pada 2023 terdapat lebih dari 403,9 juta anomali trafik yang mengindikasikan adanya serangan siber di Indonesia. Serangan ransomware dan pencurian data mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan.
BACA JUGA: Sektor OT Dianggap Lebih Rentan Serangan Siber Dibanding Sektor IT
Laporan dari McAfee dan IBM Security memperkirakan kerugian global akibat kejahatan siber akan mencapai US$ 10,5 triliun pada 2025. Lonjakan ini menimbulkan ancaman serius bagi stabilitas ekonomi digital dunia.
Clarissa Jacob, Event Manager Asia Symposiums menegaskan perusahaan perlu memastikan transformasi digital diiringi dengan peningkatan keamanan yang memadai, agar tidak menjadi rentan terhadap serangan siber.
BACA JUGA: 30% Gamer Muda Jadi Incaran Serangan Siber Pada 2024
“Perusahaan dituntut untuk berinvestasi dalam solusi keamanan yang komprehensif guna mengantisipasi ancaman yang terus berkembang,” kata Clarissa dalam laporannya, Rabu (9/10/2024).
Teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin kini memegang peranan penting dalam identifikasi serta pencegahan ancaman siber secara real-time. Dengan kemampuan mempelajari pola serangan sebelumnya, teknologi ini membantu memprediksi serangan pada masa mendatang dan mengurangi dampak kerugian.
Salah satu bentuk tanggapan terhadap ancaman siber yang meningkat adalah diselenggarakannya kompetisi Capture The Flag (CTF) oleh CSS Indonesia 2024. Kompetisi ini menantang peserta untuk memecahkan berbagai masalah keamanan siber dunia nyata, mulai dari eksploitasi kerentanan hingga teka-teki kriptografi.
Kompetisi ini menjadi platform penting bagi para profesional keamanan siber untuk mengasah keterampilan mereka dan menghadapi ancaman yang semakin dinamis. Meskipun teknologi canggih sangat membantu, sumber daya manusia tetap menjadi faktor krusial dalam menjaga keamanan digital.
Penelitian dari Verizon menunjukkan sekitar 85% pelanggaran keamanan siber disebabkan oleh kesalahan manusia. Hal ini menekankan perlunya pelatihan dan kesadaran yang lebih baik bagi karyawan dalam menerapkan protokol keamanan.
CSS Indonesia 2024 akan menjadi forum kolaborasi penting antara para pemimpin industri untuk bertukar wawasan mengenai tantangan dan solusi dalam menghadapi ancaman siber. Diharapkan, acara ini dapat meningkatkan kesadaran dan memperkuat langkah-langkah pencegahan di seluruh lapisan industri.
“Dengan kolaborasi dan berbagi pengetahuan, kita bisa menciptakan ekosistem digital yang lebih aman,” tutur Clarissa.
Editor: Ranto Rajagukguk