Persaingan memperebutkan jumlah penonton terus terjadi di layar pertelevisian Tanah Air. Di ranah serial televisi, sinteron Indonesia mesti mengalah dengan kehadiran sinema drama Turki yang berhasil menyedot perhatian publik.
Nielsen Television Audience Measurement melansir temuan yang menyebut bahwa drama Turki berhasil mengungguli sinteron dari sisi waktu menonton. Padahal, dari sisi jumlah serial, sinetron memiliki 212 judul sepanjang tahun 2015, jauh tinggi dibandingkan drama Turki yang baru sebanyak 11 judul.
“Rata-rata menonton serial Turki adalah 31 menit per harinya. Sedangkan serial India 21 menit. Namun, sinetron Indonesia hanya 18 menit,” kata Mochammad Ardiansyah, Direktur Penelitian Media Nielsen Indonesia di Jakarta, Rabu, (28/10/2015).
Ardi melanjutkan, dengan memiliki 212 judul, sinteron menguasai waktu tayang sebesar 59%, beda jauh dengan serial India yang sebesar 15%, dan Turki 9%. “Serial lokal menghadapi persaingan dari Turki. Meski 200-an judul, sinteron tidak banyak yang bisa bertahan di posisi sepuluh teratas,” timpal Ardi.
Uniknya, serial Turki tidak banyak disiarkan di jam primetime, antara pukul 18.00-21.59. Berbeda dengan sinteron yang ditayangkan di jam-jam yang dipadati oleh banyak penonton itu. Hanya kurang dari 10% serial Turki ditayangkan di waktu primetime.
“Sekitar 50% serial Turki ditayangkan jam 10.00-13.59, dan hampir 40% ditayangkan pada pukul 22.00 – 01.59. Biasanya, saat siang adalah tayangan re-run dari tayangan malam sebelumnya,” kata Ardi.
Menurut Ardi, adanya shifting dari sinetron menuju drama Turki disebabkan karena audiens cenderung menginginkan sesuatu yang baru. Namun di saat yang sama, mereka tetap mempertahan serial drama sebagai tontonannya. “Mungkin, ada kesamaan budaya antara Turki dan Indonesia, misalnya dari segi agama. Sehingga, ada koneksi di situ,” tambah Ardi.
Ardi melanjutkan, alasan stasiun televisi menampilkan drama Turki biasanya karena faktor coba-coba. Ketika stasiun tersebut mencoba untuk menayangkan drama Turki, dan ternyata booming, mereka akan menayangkannya lagi. “Dan, stasiun televisi lain pasti akan mengikutinya,” terangnya.
Lagipula, sambung Ardi, biaya membeli lisensi serial asing, seperti serial drama Turki jauh lebih murah ketimbang biaya produksi sinetron di dalam negeri. Pertimbangan seperti itu juga menjadi perhatian stasiun televisi.
Perbedaan lainnya juga terletak dari demografi penonton. Sinteron dan serial drama India didominasi oleh penonton perempuan usia 30 tahun ke atas serta anak-anak usia 5-14 tahun dari kalangan menengah ke bawah. “Sedangkan drama Turki didominasi perempuan usia 30 tahun ke atas dari kelas sosial menengah,” ujarnya.
Adapun beberapa serial drama Turki yang mendapat atensi besar audiens Indonesia adalah Cansu & Hazal (rating 3,2%), Shehrazat (2,7%), Elif (2,6%), dan Abad Kejayaan (2,1%).
Sedangkan sinetron yang memiliki rating tinggi saat ini adalah Pangeran (4,4%), Preman Pensiun 2 (4,3%), Tukang Bubur Naik Haji The Series (3,9%), dan 7 Manusia Harimau (3,9%).
Editor: Sigit Kurniawan