Serikat Petani Indonesia (SPI) menuding Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) tak berpihak pada petani rakyat. Pasalnya, pemerintah malah memilih untuk melakukan impor beras ketimbang menyerap beras hasil panen dalam negeri.
Henry Saragih, Ketua Umum SPI mengatakan pihaknya sangat menyesalkan kebijakan yang diambil pemerintah. Sejauh ini, pemerintah mulai merealisasikan impor beras sebanyak 500.000 ton secara bertahap untuk menambah cadangan beras pemerintah (CBP).
BACA JUGA: Perusahaan: Pengertian, Cara Memahami dan Bentuk-bentuknya
Adapun beras yang sudah masuk sebanyak 5.000 ton asal Vietnam melalui pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Untuk harga per kilogram (kg), beras dibeli dengan banderol Rp 8.800 sehingga biaya yang dikeluarkan pemerintah ditaksir mencapai Rp 4,4 triliun.
“Bulog sebagai badan yang berperan mengurusi cadangan pangan nasional lemah dalam perencanaan dan tidak menjalankan peran dan fungsinya. Mereka bilang tidak ada ketersedian itu kan di bulan Oktober hingga Desember ini yang sedang panen kecil. Jadi memang sedikit gabahnya dan harganya cenderung di atas harga yang sanggup dibeli Bulog. Di bulan-bulan sekarang ini seharusnya Bulog bukan membeli gabah tapi mengeluarkan cadangan gabah atau berasnya. Sesuai namanya, Badan Urusan Logistik, yang berkaitan dengan cadangan, beli gabah ya di saat panen melimpah, jangan saat panen kecil justru mau membeli gabah,” kata Henry melalui keterangannya, Rabu (21/12/2022).
BACA JUGA: Suzuki New Carry Raih Penghargaan, Kuasai Market Share 51,9%
Menurutnya, pada tahun 2022 panen petani justru melimpah yang membuat harga beras jatuh lantaran terlalu banyak stok. Ini sesuai dengan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam kondisi itu, kata Henry, Bulog justru tidak menyerap beras petani untuk CBP. Alhasil, panen raya pun tidak dinikmati petani karena harganya yang jeblok.
“Kalo Bulog tidak berubah, harga gabah akan jatuh lagi ketika panen besar tahun depan nanti. Tahun lalu saja kita tidak impor, harganya saja sudah jatuh dan tidak diserap Bulog. Harga gabah dan beras, saat panen raya kemarin hanya Rp 3.000 – Rp 3.500, jauh di bawah harga pokok produksi (HPP) yang Rp 4.2000,” ujarnya.
Henry meminta pemerintah untuk memperkuat Bulog sebagai lembaga yang menjadi penyangga pangan dan punya kapasitas untuk membeli gabah langsung ke petani dan koperasi petani. Bukan justru membeli gabah ke perusahaan-perusahaan perantara yang ada di desa.
“Kami meminta pemerintah mengoreksi HPP sekarang karena sudah tidak relevan akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, pupuk, dan biaya hidup. Kalkulasi dari petani HPP di Rp 5,600 per kg,” kata dia.
Sebelumnya, Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan menyebut jumlah beras yang akan diimpor adalah sebanyak 500.000 ton yang akan masuk secara bertahap sampai dengan Februari atau sebelum panen raya. Dia bilang impor beras ini bukan keinginan Bulog, melainkan hasil keputusan dua kali rapat koordinasi terbatas (Rakortas) dalam rangka penambahan stok cadangan beras pemerintah guna menjaga stabilitas harga di pasaran.
“Sebenarnya tidak ada yang ingin impor jika stoknya cukup, tetapi beberapa bulan terakhir harga beras meroket dan stok Bulog untuk operasi pasar makin berkurang. Sehingga dibutuhkan segera stok dari luar negeri untuk meredam kenaikan harga beras ini,” kata Zulkifli Hasan.
Editor: Ranto Rajagukguk