Lion Air memang sakti. Sudah berulang kali penumpang merasa disakiti, tapi tetap saja fakta menyebutkan ada 1.24 juta orang yang diangkut oleh Lion Air setiap minggunya.
Lion Air kini bertengger di peringkat 4 low-cost carrier (LCC) di dunia berdasarkan jumlah load factor. Top 3 adalah Southwest Airlines (3.31 juta penumpang/minggu) – mbah-nya penerbangan murah di dunia, RyanAir (1.61 juta), dan Air Asia (1.34 juta).
Lion Air yang di tahun 2003 lalu hanya punya 4 pesawat, sampai akhir tahun 2014 lalu sudah punya 159. Dan yang paling gila adalah masih ada 549 pesawat baru yang tengah dipesan oleh perusahaan Rusdi Kirana ini. Dua perusahaan pembuat pesawat di dunia Airbus dan Boeing bahkan menyembah Lion Air.
Masih ingat ketika Obama datang ke Bali tahun 2011 lalu? Di tengah ASEAN Economic Summit ketika itu, Rusdi Kirana bersama Ray Conner (Senior Vice President, Boeing) menandatangani perjanjian kerjasama senilai $21.7 milliar. Disaksikan langsung oleh Obama saat itu, nilai kerjasama tersebut adalah yang terbesar yang pernah dilakukan oleh satu perusahaan airline untuk beli Boeing sepanjang hampir 1 abad terakhir.
Ketika itu media di Amerika Serikat termasuk CNN mengatakan “Lion Who?” Di Indonesia pun kita terkejut.
Dalam sebuah interview ketika itu, Rusdi Kirana mengatakan tidak ada bedanya antara Boeing dan Airbus. “Milih satu di antara keduanya kayak milih makanan” katanya kepada CNN.
Dan ternyata memang betul seperti milih mau makan ayam atau sop kambing. Dua tahun setelah itu, Lion Air mengumumkan deal baru dengan Airbus untuk beli tambahan 234 pesawat Airbus A320. Pada Maret 2013 tersebut, Rusdi Kirana menandatangani dokumen kerjasamanya dengan Fabrice Bregier (President & CEO Airbus) disaksikan langsung oleh President Prancis, Francois Hollande di Istana Kepresidenan Elysée Palace di Paris.
Tidak Ada Lawan Berat
Mana yang lebih besar Garuda Indonesia atau Lion Air? Meski memang keduanya berada di liga yang berbeda. Lion Air pemain LCC sedangkan Garuda Indonesia bermain di full service.
Membandingkan keduanya memang tidak pula relevan. Meski sama-sama berada di bisnis menerbangkan orang dan barang, Lion Air bagaimanapun juga perusahaan swasta sedangkan Garuda Indonesia adalah BUMN.
Dahlan Iskan ketika menjabat sebagai Menteri BUMN juga mengakui bahwa Garuda sulit bersaing dengan Lion Air yang lebih leluasa untuk penetrasi dan membuat gebrakan. “Swasta bisa order sampai 270 pesawat sekaligus, tawar menawar tinggi (Lion Air). Garuda akan dipersoalkan oleh BPK dan DPR kalau melakukan seperti itu,” ujar Dahlan.
Citilink pun yang sejatinya adalah penerbangan LCC juga sulit melawan Lion Air karena harus berkonsolidasi dengan induknya yaitu Garuda Indonesia. Sebagai catatan, Citilink hingga akhir 2014 lalu punya 32 pesawat dan tengah pesan 47 pesawat tambahan.
Maka itu jika ditanya siapa yang bisa melawan Lion Air di Indonesia? Jawabannya akan sangat susah. Lion Air adalah pemimpin pasar domestik yang sudah terlalu besar dan sulit disaingi, baik dari segi jumlah ketersediaan pesawat, slot waktu penerbangan, dan harga. Banyak yang sudah mencobanya namun gagal bahkan ada yang bangkrut.
Meski demikian sebagai market leader, sudah sepatutnya Lion Air mulai peduli tentang sentimen negatif terhadap brandnya (Baca ini: Seberapa WOW Brand Lion Air? ) . Dan harus tahu bahwa penumpang sudah terlalu sering disakiti. Dan sakitnya tuh disini (sambil nunjuk dada).
Bagaimana menurut Anda?