Sering Minta Maaf Tanpa Alasan? Waspada Pertanda Sorry Syndrome

marketeers article
Ilustrasi sorry syndrome (Foto: 123rf)

Apakah Anda sering meminta maaf kepada orang lain meskipun tak berbuat salah? Bisa jadi itu pertanda sorry syndrome, yakni kondisi saat seseorang minta maaf secara berlebihan atas sesuatu yang bukan kesalahannya ataupun berada di luar kendalinya.

Halodoc menyebut kondisi ini sepenuhnya berasal dari mental seseorang. Karena itu, kebiasaan yang dimulai sedari kecil, seperti lingkungan tempat bertumbuh dan pola asuh orang tua, menjadi penyebab sorry syndrome yang paling umum.

Bagi orang dengan sorry syndrome, meminta maaf saja tidak bisa menghilangkan rasa bersalah yang mereka alami. Mereka cenderung sulit untuk memaafkan diri sendiri dan membawa rasa bersalah yang mendalam secara terus-menerus.

BACA JUGA: Mengenal ‘Terapi Kucing’ yang Dilakukan Bintang A Quiet Place: Day One

Meski terlihat tidak berbahaya, kebiasaan ini perlu dihentikan lantaran bisa menempatkan Anda pada posisi yang dirugikan secara sosial. Anda akan dipandang sebagai orang yang penurut atau penakut, hingga Anda pun bisa memandang diri sendiri secara negatif. 

Riset juga melaporkan orang yang minta maaf berlebihan bisa jadi punya kecenderungan memiliki suicidal thoughts atau keinginan bunuh diri. Apalagi, bila ia merasa malu berlebihan dan terancam dihukum. 

Cara Menghentikan Sorry Syndrome

Untuk menghindari dampak negatif tersebut, Anda harus mulai menghentikan kebiasaan minta maaf secara berlebihan. Salah satu cara paling sederhana ialah dengan merawat diri sendiri, seperti berolahraga secara teratur.

BACA JUGA: Perempuan Rentan Alami Catcalling di Tempat Kerja, Ini Cara Menyikapinya

Hal tersebut bisa membantu Anda menenangkan pikiran yang galau, sehingga akan menekan keinginan untuk meminta maaf yang berlebihan. Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi sorry syndrome adalah psikoterapi dan pengobatan. 

Psikoterapi yang dapat dilakukan, di antaranya terapi paparan dan pencegahan respons (ERP). Dalam terapi ini, Anda akan menghadapi obsesi Anda dengan menghindari tindakan kompulsif yang dibantu oleh terapis. 

Meskipun terdengar sulit, terapi ini terbukti efektif. Selain itu, sindrom tersebut mungkin melibatkan obat-obatan, seperti antidepresan yang biasanya digunakan bersamaan dengan terapi. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS